Sementara Vankeerberghen mengatakan dalam siaran pers bahwa tidak ada kasus lain yang dipublikasikan dari koinfeksi serupa.
Dia menambahkan fenomena terinfeksi dua varian yang langka mungkin diremehkan.
Ini karena pengujian terbatas untuk varian yang menjadi perhatian, katanya.
Terkait hal tersebut, ia menyerukan agar dilakukan peningkatan penggunaan pengujian PCR cepat untuk mendeteksi mutasi varian yang diketahui.
Sebelumnya, pada bulan Januari, para ilmuwan di Brasil melaporkan bahwa dua orang telah terinfeksi secara bersamaan dengan dua jenis virus corona yang berbeda.
Tetapi penelitian tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Dalam komentar yang bereaksi terhadap penelitian tersebut, Lawrence Young, seorang ahli virologi dan Profesor Onkologi Molekuler di Universitas Warwick, mengatakan tidak mengejutkan menemukan seseorang yang terinfeksi lebih dari satu jenis virus.
Ia mengungkapkan, studi tersebut menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah infeksi berbagai varian of interest mempengaruhi perjalanan klinis Covid-19 serta pengaruhnya terhadap vaksinasi.
(*)