Ketika staf medis melakukan pengujian, mereka menemukan bahwa wanita itu membawa dua varian virus corona.
Yaitu varian Alpha, yang pertama ditemukan di Inggris, dan varian Beta, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Ahli Biologi Molekuler Anne Vankeerberghen dari Rumah Sakit OLV yang memimpin penelitian, mengatakan, kedua varian tersebut saat itu beredar di Belgia.
Sehingga, ada kemungkinan wanita itu terinfeksi dua varian virus dari dua orang yang berbeda.
"Kedua varian ini beredar di Belgia pada saat itu,
"Jadi kemungkinan wanita itu terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda," kata Vankeerberghen pada Minggu (11/7/2021).
"Sayangnya, kita tidak tahu bagaimana dia terinfeksi," jelasnya.
Menurutnya, sulit untuk mengatakan apakah koinfeksi berperan dalam penurunan cepat kondisi pasien atau tidak.
Penelitian, yang belum diserahkan ke jurnal medis untuk publikasi, sedang dipresentasikan di Kongres Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa.