Fenomena Langka: Meninggal Usai 5 Hari Dirawat di RS, Terungkap Wanita Ini Terinfeksi 2 Varian Virus Corona, Ini Kata Peneliti

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi virus corona varian Delta

Intisari-Online.com - Berbagai penelitian mengungkap fakta-fakta baru kasus virus corona.

Ditemukan berbagai varian Covid-19 sebagai hasil mutasi virus corona terus menerus.

Baru-baru ini, ditemukan fenomena langka di Belgia dari pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Dilaporkan CNA, Seorang wanita berusia 90 tahun di Belgia, dinyatakan positif Covid-19 setelah kondisinya memburuk pada bulan Maret.

Baca Juga: Pelajaran Bagi Kita Semua! Lahir Sehat, Bayi Berusia 29 Hari Ini Meninggal Dunia karena Terpapar Covid-19 Usai Dikunjungi Keluarga

Dia tinggal sendirian dan menerima perawatan di rumah sebelum akhirnya dirawat di Rumah Sakit OLV di Kota Aalst, Belgia.

Kadar oksigen wanita yang tercatat belum divaksin itu, pada awalnya baik.

Tapi, kondisinya kemudian memburuk dengan cepat.

Dia meninggal setelah lima hari menjalani perawatan di rumah sakit.

Baca Juga: Korbannya 6 Orang Termasuk 2 Awak Belanda, Kapal Perang Tjerk Hiddes Meledak Usai Bolak-balik Evakuasi Pasukan Sekutu dari Timor Leste selama Perang Dunia II

Ketika staf medis melakukan pengujian, mereka menemukan bahwa wanita itu membawa dua varian virus corona.

Yaitu varian Alpha, yang pertama ditemukan di Inggris, dan varian Beta, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Ahli Biologi Molekuler Anne Vankeerberghen dari Rumah Sakit OLV yang memimpin penelitian, mengatakan, kedua varian tersebut saat itu beredar di Belgia.

Sehingga, ada kemungkinan wanita itu terinfeksi dua varian virus dari dua orang yang berbeda.

Baca Juga: Indonesia Jangan Sampai Kebobolan Lagi, Jenis Baru Virus Corona Muncul Lagi di India, Dikatakan Sama Bahayanya dengan Varian Delta, Begini Gejalanya

"Kedua varian ini beredar di Belgia pada saat itu,

"Jadi kemungkinan wanita itu terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda," kata Vankeerberghen pada Minggu (11/7/2021).

"Sayangnya, kita tidak tahu bagaimana dia terinfeksi," jelasnya.

Menurutnya, sulit untuk mengatakan apakah koinfeksi berperan dalam penurunan cepat kondisi pasien atau tidak.

Penelitian, yang belum diserahkan ke jurnal medis untuk publikasi, sedang dipresentasikan di Kongres Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa.

Baca Juga: Hal yang Patut Anda Ketahui untuk Memastikan Posisi Janin Sebelah Kiri Laki atau Perempuan, Simak Selengkapnya

Sementara Vankeerberghen mengatakan dalam siaran pers bahwa tidak ada kasus lain yang dipublikasikan dari koinfeksi serupa.

Dia menambahkan fenomena terinfeksi dua varian yang langka mungkin diremehkan.

Ini karena pengujian terbatas untuk varian yang menjadi perhatian, katanya.

Terkait hal tersebut, ia menyerukan agar dilakukan peningkatan penggunaan pengujian PCR cepat untuk mendeteksi mutasi varian yang diketahui.

Baca Juga: Gara-gara Video Seorang Ibu Menangis di Bandara, Terungkap Syarat Vaksin untuk Calon Penumpang Pesawat Ternyata Bisa Diganti dengan Ini

Sebelumnya, pada bulan Januari, para ilmuwan di Brasil melaporkan bahwa dua orang telah terinfeksi secara bersamaan dengan dua jenis virus corona yang berbeda.

Tetapi penelitian tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Dalam komentar yang bereaksi terhadap penelitian tersebut, Lawrence Young, seorang ahli virologi dan Profesor Onkologi Molekuler di Universitas Warwick, mengatakan tidak mengejutkan menemukan seseorang yang terinfeksi lebih dari satu jenis virus.

Ia mengungkapkan, studi tersebut menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah infeksi berbagai varian of interest mempengaruhi perjalanan klinis Covid-19 serta pengaruhnya terhadap vaksinasi.

Baca Juga: Hampir Bikin Rusia dan China Geger, Inilah Zheltuga, Kota Penambangan Emas Ilegal yang Jadi 'Rebutan' Penambang Rusia dan Tiongkok

(*)

Artikel Terkait