Penulis
Intisari-online.com -Indonesia tengah berjibaku melawan infeksi Covid-19 yang makin menggila di tengah kampanye vaksinasi yang semakin digalakkan.
Memasuki bulan Juli, vaksinasi mulai dicanangkan untuk anak usia 12-17 tahun.
Namun saat ini juga, jumlah penambahan kasus infeksi harian Covid-19 semakin mengkhawatirkan.
Mengutip worldometers.info/coronavirus, Indonesia mencatat total kasus 2.228.938 dengan Jumat kemarin 2 Juli 2021 tercatat 25 ribu penambahan kasus harian.
Angka penambahan kasus harian ini semakin bertambah banyak setiap harinya.
Keadaan makin darurat, pemerintah menerapkan PPKM darurat dari tanggal 3 sampai 20 Juli 2021.
Tujuannya adalah menekan penambahan kasus Covid-19.
Sementara itu, vaksinasi juga terus dijalankan.
Sempat beberapa waktu yang lalu dunia heboh melihat keadaan di Indonesia.
Pasalnya, walaupun Indonesia sudah menggalakkan vaksinasi sejak Januari 2021, tapi tiba-tiba sejak sehabis lebaran, terjadi lonjakan kasus di Indonesia.
Dari lonjakan kasus tersebut, banyak yang terinfeksi adalah para tenaga kesehatan (nakes) yang mendapatkan vaksinasi pertama kali lewat vaksin Sinovac.
Hal itulah yang kemudian membuat resah dunia, bahwa ternyata vaksin Sinovac buatan China tidak cukup ampuh guna melawan Covid-19 varian baru.
Namun, negara terlanjur memborong vaksin buatan China itu.
Serta, akses vaksin yang lebih 'premium' cukup sulit didapatkan Indonesia.
Pemerintah juga berupaya mendapatkan vaksin lain yang dikaji lebih ampuh melawan varian Delta, seperti vaksin AstraZeneca maupun vaksin Pfizer, atau Moderna.
Upaya pemerintah sepertinya mendapatkan hasil.
Baca Juga: Inilah Sederet Fakta tentang Vaksin Covid-19 untuk Anak di Indonesia, Apa Saja?
Bantuan vaksin
Beberapa negara maju menawarkan bantuan vaksin kepada Indonesia.
Dilansir dari Reuters dan Al Jazeera, AS memberikan vaksin Covid-19 Moderna kepada Indonesia.
Sebanyak 4 juta dosis vaksin Moderna dari AS sedang menuju Indonesia, seperti dikabarkan penasihat keamanan nasional AS kepada kementerian luar negeri (Kemenlu) Indonesia.
Dalam pembicaraan telepon dengan Retno Marsudi Jumat kemarin, Jake Sullivan mengatakan 4 juta dosis itu akan dikirimkan lewat program bagi vaksin bersama dunia, COVAX "secepat mungkin" seperti mengutip pernyataan Gedung Putih.
Sullivan juga menyebut donasi itu "menggarisbawahi dukungan AS kepada warga Indonesia yang tengah melawan lonjakan kasus Covid-19".
Menlu Retno bersama Sullivan juga mendiskusikan rencana AS untuk meningkatkan bantuan dalam upaya Indonesia menangani Covid-19.
"Sullivan menggarisbawahi pentingnya pemerintahan Biden-Harris di Indonesia, Asia Tenggara dan mengakhiri pandemi ini lebih luas dan berjanji terus melanjutkan dukungan dan keterlibatan tingkat tinggi," ujar pernyataan Gedung Putih tersebut.
Tidak hanya AS, bantuan vaksin juga datang dari Jepang.
Melansir kyodonews.net, Jepang akan mendonasikan 1 juta vaksin virus Corona masing-masing ke Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Vaksin yang dikirimkan adalah AstraZeneca buatan Inggris, yang sudah dikirimkan ke Indonesia pada 1 Juli lalu.
Aksi Jepang ini menjadikan sudah ada 6 negara yang dibantu Jepang melawan infeksi Covid-19, termasuk dua lainnya adalah Taiwan dan Vietnam.
Taiwan menerima 1.24 juta dosis sedangkan Vietnam 1 juta dosis pada awal Juni lalu.
Jepang khawatir dengan vaksinasi di Indonesia dan Malaysia, dengan Menteri Luar Negeri Jepang menyebut hanya 6.5% populasi Malaysia dan 4.9% populasi Indonesia yang sudah divaksinasi.
Mereka juga khawatir melihat vaksinasi yang lamban di Filipina dan Thailand, yang baru memvaksinasi 2.5% dan 5% dari seluruh warga.
Kemudian secara terpisah Jepang juga akan menyediakan bantuan sekitar 11 juta dosis vaksin AstraZeneca ke negara-negara di Asia Tenggara, Asia Selatan dan kepulauan Pasifik melalui program COVAX.
Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan Jumat kemarin bahwa BPOM sudah mengizinkan penggunaan vaksin Moderna untuk digunakan secara darurat.
Program bantuan dari AS dan sekutunya, Jepang ini tidak lepas dari persaingan China-AS untuk memperkuat pengaruh geopolitik melalui diplomasi vaksin.
Narasi kedua negara adidaya tetap sama, mereka tidak membagikan vaksin untuk mengamankan posisi, tapi untuk menyelamatkan nyawa di tengah pandemi ini.
Administrasi Biden berjanji bulan lalu untuk membagikan 80 juta vaksin buatan AS secara global di tengah kekhawatiran mengenai kesenjangan tingkat vaksinasi antara negara maju dan berkembang.
AS juga sudah umumkan rencana menyediakan vaksin ke negara Asia Tenggara lain: Filipina, Vietnam, Thailand, Laos, dan Kamboja, serta untuk Papua Nugini.
AS juga sudah membeli 500 juta vaksin Pfizer/BioNTech untuk didistribusikan ke Uni Afrika dan 92 negara miskin.