Intisari-online.com -China mendadak membuat vaksin baru untuk melawan Covid-19, setelah sebelumnya vaksin buatan mereka Sinovac banyak disebut tidak ampuh.
Sebelumnya, vaksin Sinovac sudah diberikan kepada tenaga medis Indonesia sejak Januari 2021 lalu tetapi kini terjadi lonjakan kasus virus Corona di Indonesia.
Sebagian besar yang terinfeksi justru para tenaga medis yang sudah menerima dosis penuh vaksin Sinovac.
Mengetahui hal tersebut, China membuat vaksin baru yang diklaim lebih ampuh daripada vaksin Jerman AstraZeneca.
Vaksin ReCov kini akan diuji di Selandia Baru, seperti dikutip dari newshub.co.nz.
Vaksin ini sebelumnya baru diuji coba pada hewan, dan hasilnya tunjukkan peningkatan imunitas yang kuat.
Vaksin ReCov dikembangkan oleh pengembang vaksin Jiangsu Rec-Biotechnology di China bersama dengan Riset Klinis Selandia Baru.
Pengujian akan dilakukan di Christchurch dan Auckland.
Deputi direktur Jiangsu Centre Zhu Fencai mengatakan kepada South China Morning Post jika salah satu tujuan mereka mengembangkan vaksin adalah untuk meluncurkan ReCov di negara maju.
Fencai menambahkan kesempatan pengujian di Selandia Baru menjadi pertama kalinya sebuah vaksin yang seluruhnya dikembangkan di China telah digunakan dalam pengujian manusia di negara maju.
Kabarnya jika pengujian pertama sukses, pengujian kedua melibatkan warga Selandia Baru akan terlaksana.
Pembuat vaksin dari China lain termasuk Clover dan Advaccine telah melaksanakan pengujian kepada manusia di Australia dalam kerjasama dengan perusahaan ataupun organisasi internasional.
"Sampai sekarang semua vaksin virus Corona China telah diekspor ke negara berkembang. Kami berharap vaksin ini, jika berhasil, akan disetujui untuk diekspor di negara maju," ujar Zhu.
Ia menambahkan juga tes serupa akan dilakukan di China nantinya.
Vaksin dikembangkan bersama Jiangsu Rec-Biotechnology, yang mensponsori uji coba di manusia bersama Auckland Clinical Studies dan Christchurch Clinical Studies Trust.
Dalam pengujian kepada hewan, kandidat vaksin menghasilkan antibodi penetral tingkat tinggi, sebuah indikator imunitas kuat.
Studi acak diulang dua kali menggunakan plasebo sebagai pembanding di Selandia Baru itu akan melibatkan 160 peserta untuk mengevaluasi keamanan vaksin dan kapasitasnya guna memproduksi reaksi melawan dan respon imun pada manusia dewasa sampai umur 80 tahun.
RecBio mengatakan pada Senin lalu jika salah satu keuntungan vaksin ReCov adalah tidak harus diproduksi di lingkungan keamanan tinggi.
Vaksin ini melibatkan proses produksi yang banyak dipakai dan dapat ditingkatkan untuk produksi atau transfer teknologi dengan mudah.
REcBio mengatakan mereka mengembangkan adjuvant vaksin, senyawa yang meningkatkan respon imun, memotong biaya pabrik sampai "sepersepuluh sampai seperlima vaksin dengan teknologi lain".
November lalu, perusahaan mengatakan mereka telah memulai membangun fasilitas produksi senilai 500 juta yuan (Rp 1,1 Triliun) di Taizhou, provinsi Jiangsu.
Fasilitas akan termasuk pelatihan memproduksi solusi stok, adjuvant, pengemasan dan kontrol kualitas dengan tujuan mencapai kapasitas produksi tahunan 300 juta dosis tahun 2021.
ReCov menggunakan teknologi rekombinan, pendekatan yang melibatkan tumbuhnya koding DNA dari antigen virus Corona, yang menstimulasi respon imun.
Teknologi ini telah dipakai luas di pembuatan vaksin hepatitis B dan HPV.
Perkembangan vaksin lainnya yaitu oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, yang telah disetujui untuk dipakai darurat yang dibuat berdasarkan teknologi serupa.
Sebagian besar vaksin yang dipakai dalam vaksinasi China merupakan vaksin inaktif, yang merupakan teknologi tradisional melibatkan virus Corona dibunuh secara kimia.