Intisari-Online.com - Berbagai vaksin Covid-19 digunakan oleh negara-negara di dunia dalam program vaksinasi untuk warganya.
Salah satu vaksin yang telah digunakan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah vaksin Sinovac buatan perusahaan China.
Vaksin ini dikembangkan dengan teknologi vaksin, inactivated virus atau virus utuh dari SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang sudah dimatikan.
Tujuannya adalah untuk memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius
Namun, direktur layanan medis Singapura, Kenneth Mark, pada Jumat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap vaksin buatan China ini setelah mendengar laporan dari negara lain terkait penggunaan vaksin tersebut.
Ia khawatir dengan negara lain melaporkan tentang orang yang sakit dengan Covid-19 bahkan setelah menerima suntikan Sinovac.
Bahkan, Mark mencontohkan Indonesia, di mana pejabat mengatakan minggu ini bahwa puluhan dokter dan petugas kesehatan lainnya yang telah menerima Sinovac di satu distrik telah dirawat di rumah sakit.
“Itu memberi kesan bahwa kemanjuran vaksin yang berbeda akan sangat bervariasi,” katanya kepada wartawan, dikutip The New York Times.
Singapura sendiri menggunakan vaksin yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna dalam program vaksinasi nasionalnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin tersebut 90 persen efektif dalam mencegah infeksi dalam kondisi dunia nyata.
Jarang laporan Covid yang parah pada orang yang telah divaksinasi penuh dengan suntikan tersebut.
Sementara, studi lain menunjukkan bahwa infeksi terobosan pada orang yang diberi vaksin China, termasuk yang dibuat oleh Sinovac, lebih umum daripada pada orang yang menerima suntikan Pfizer atau Moderna.
Baca Juga: Memahami Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa, Seperti Apa Perwujudannya?
Meski khawatir dengan laporan-laporan tersebut, nyatanya pemerintah Singapura tetap mengizinkan vaksin Sinovac untuk penggunaan pribadi.
The New York Times melaporkan, beberapa orang di Singapura mulai menerima vaksin Covid yang diproduksi oleh perusahaan China Sinovac di klinik swasta pada hari Jumat.
Singapura mengizinkan 24 klinik kesehatan swasta untuk mengelola vaksin setelah Organisasi Kesehatan Dunia mengizinkannya untuk penggunaan darurat awal bulan ini.
Rupanya permintaan warga Singapura atas vaksin tersebut cukup kuat, sehingga pemerintah pun mengizinkannya, sementara tetap tidak menambahkannya ke program vaksinasi nasional.
Rupanya, bukan tanpa alasan orang-orang di Singapura dan di tempat lain akan memilih untuk mendapatkan suntikan Sinovac, bahkan ketika vaksin yang lebih efektif tersedia.
Alasan di balik hal itu karena mereka berasal dari Cina daratan atau berencana untuk bepergian ke sana.
Organisasi media pemerintah China sendiri telah melancarkan kampanye informasi yang salah yang mempertanyakan keamanan vaksin buatan Amerika.
Beijing juga mengatakan bahwa orang asing yang menerima suntikan China akan lebih mudah masuk ke negara itu .
Itulah bagaimana orang-orang Singapura dan negara lainnya tetap ingin mendapatkan vaksin Sinovac meski efektivitas vaksin ini tidak begitu tinggi dibanding vaksin lain yang telah tersedia.
Studi uji coba Fase 3 vaksin Sinovac, yang disebut CoronaVac, di seluruh dunia telah melaporkan efektivitas antara 50 dan 84 persen.
Ketika WHO mengesahkan vaksin Sinovac untuk penggunaan darurat bulan ini, badan tersebut mengatakan bahwa itu hanya 51 persen efektif untuk mencegah penyakit simtomatik.
Meski begitu, vaksin China masih dianggap sangat efektif melawan penyakit parah, dengan para ilmuwan telah memperingatkan bahwa negara-negara berkembang yang memilih untuk menggunakannya dapat tertinggal di belakang negara-negara yang memilih Pfizer atau Moderna.
(*)