Penulis
Intisari-online.com -Serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua di Kampung Bingky, Distrik Seradala, rupanya berimbas pada pembangunan infrastruktur.
Serangan tersebut menyebabkan pengerjaan dua unit jembatan harus dihentikan.
Serangan dilakukan pada Jumat 25/6/2021 lalu, dan menyebabkan 4 orang tewas serta satu orang mengalami luka tembak.
Jembatan yang dibangun tersebut berada di Kali Kuk dan Kali Wit.
Proyek itu masuk dalam Trans Papua, program strategis nasional guna membuka Papua.
Dengan membangun jalan raya dan jembatan, diharapkan Papua tidak akan sulit dijangkau lagi.
Zepnat Kambu, Kepala Balai Pelaksana Jalan dan Jembatan Wamena menyebutkan anggaran pembangunan dua pekerjaan itu mencapai Rp 44 miliar.
"Iya benar ini termasuk proyek jalan trans Papua. Karena ruas dari dulu sampai peristiwa itu aman," ujar Kambu, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (28/6/2021).
Menurut dia, lokasi dua jembatan tersebut berada di KM 42+200 dan di KM 54+200.
Sedangkan penyerangan oleh KKB terjadi di KM 54.
Kini semua pekerja jembatan, konsultan dan pegawai Balai Pelaksana Jalan dan Jembatan Wamena yang ketika kejadian berada di Distrik Seradala sudah ada di posisi aman.
"Total ada 93 orang yang lari, sekarang mereka semua sudah aman dan ada di Dekai," kata dia.
Baca Juga: 6 Bulan Sudah Satgas Nemangkawi Tumpas KKB Papua, Apa Hasilnya?
Kambu menyayangkan aksi kekerasan KKB, menurutnya niat negara yang ingin mengejar pembangunan di Papua terhambat karena masalah keamanan.
"Saat kejadian kami perintahkan manusia aman dulu, alat kasih tinggal, jangan kejadian PT. Iskaka Karya (di Nduga) terulang," kata Kambu.
Selanjutnya untuk dimulai kembali pembangunan kedua jembatan itu dikatakan Kambu tergantung dengan pihak keamanan.
"Kita lihat tujuh sampai 14 hari ke depan sambil menunggu rekomendasi dari pihak keamanan," tutur Kambu.
Diberitakan sebelumnya, Sekelompok orang tidak dikenal (OTK) menyerang pekerja bangunan dan jembatan di Kampung Bingky, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (24/6/2021).
Akibat kejadian tersebut, empat orang tewas.
Selain itu, seorang kepala suku Obaja Nang mengalami luka tembak di bagian paha.
Aparat keamanan menduga pelaku adalah kelompok Tendius Gwijangge alias Tendinus Murib yang merupakan mantan anak buah Lekagak Telenggen.
Senjata yang digunakan kelompok tersebut diyakini merupakan senjata api jenis SS2 milik dua personel TNI yang pada 18 Mei lalu gugur di Distrik Dekai setelah diserang OTK.