Sarmanto Hasyim, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NU di Kudus, mengatakan telah meminta saran untuk mengembangkan dan menjalankan fasilitas isolasi.
“Karena rumah sakit penuh, pasien mengisolasi diri di rumah tetapi virus dapat menyebar ke anggota keluarga lain dengan mudah karena kurangnya pemantauan,” katanya kepada ST.
Dua puluh pesantren, atau sekolah agama, telah diubah menjadi fasilitas karantina, dan yang paling lengkap - Nashrul Ummah - telah mulai menerima tidak hanya siswa pesantren, tetapi juga anggota masyarakat.
Supriyono, pejabat setempat di Nashrul Ummah, mengatakan 12 relawan digilir dalam tiga shift untuk merawat pasien, yang dirujuk ke sana setelah tes swab di klinik memastikan mereka positif Covid-19.
“Lebih baik pasien jauh dari rumah. Ada kasus suami positif dan tinggal di rumah, tetapi istrinya, kontak dekat, masih pergi ke pasar dan masjid, dan tanpa sadar dapat menularkan virus ke masyarakat, " dia berkata.
“Mayoritas warga Kudus beragama Islam dan mereka cenderung lebih perhatian ketika ustadz yang memberi nasehat bagaimana menghadapi virus. Mereka lebih mendengarkan ustadz daripada polisi dan militer,” kata Satriyo.