Ada Banyak Warga Suriname Jawa, Indonesia dan Negara Ini Punya Hubungan Unik, Ternyata Kini Salah Satu Menterinya Keturunan Jawa, Siapa Sosoknya?

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi. Bendera Suriname.

Intisari-Online.com - Suriname, merupakan negara di Amerika Selatan yang punya hubungan unik dengan Indonesia.

Banyak warga negara Suriname masih keturunan etnis jawa, yang biasanya disebut sebagai Suriname Jawa.

Keberadaan warga Suriname Jawa tak lepas dari kesamaan nasib sebagai bekas jajahan Belanda.

Awalnya, orang-orang dari Jawa dikirim oleh Belanda ke Suriname sebagai buruh perkebunan ketika wilayah jajahannya itu mengalami perekonomian yang tak menentu.

Baca Juga: Bukan Hanya Suriname Jawa, Ada Juga Jejak Diaspora Jawa dari Sebelum Indonesia Merdeka di Negara-negara Ini

Belanda yang mengadakan perjanjian dengan Inggris tentang mendatangkan imigran atau buruk kontrak ke Suriname itu pada 1 Juli 1863.

Selain buruh dari Indonesia, Belanda juga mendatangkan buruh dari beberapa negara jajahan lainnya.

Kelompok imigran Indonesia pertama yang tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890 berjumlah 94 orang yang kemudian berlipat ganda menjadi ratusan, mereka dipekerjakan dengan upah murah.

Mereka diperbolehkan kembali ke Indonesia setelah kontrak selesai, ternyata ada sejumlah buruh yang memilih tetap tinggal di sana menjadi awla mula keberadaa warga Suriname Jawa.

Baca Juga: 'Rezim Memilih untuk Membuat Kita Lapar', Pembelot Korea Utara Ini Ungkap Bagaimana Korea Utara Hamburkan Uang untuk Program Nuklir Sementara Warganya Kelaparan

Maka, dengan keberadaan warga Suriname Jawa, kedua negara ini punya hubungan yang unik.

Bukan hanya adanya warga keturunan etnis Jawa saja. Mereka juga menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari dan menyukai lagu-lagu Jawa.

Keberadaan warga Suriname Jawa dipaparkan Duta Besar RI untuk Republik Suriname merangkap Republik Ko-Operatif Guyana dan Caribbean Community, Julang Pujianto, kepada Tribun Network.

Julang berbincang bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Manajer Pemberitaan Tribun Network Rachmar Hidayat.

"Peran masyarakat Jawa sebagai bagian dari bangsa Suriname sangat penting di pemerintahan," kata Julang, dikutip Tribunnews pada Sabtu (22/5/2021).

Baca Juga: Apakah Weton Anda Termasuk? 3 Weton Ini Menurut Ramalan Weton Primbon Jawa yang Paling Karismatik, Bakalan Jadi Pemimpin dan Bos Besar

Diungkapkan Julang, kini salah satu partai Jawa, yaitu Percaya Luhur, menjadi bagian daripada koalisi pemerintahan di Suriname.

Bahkan, ada satu menteri yang berasal dari masyarakat Jawa.

Keturunan Jawa di Suriname kini jumlahnya kurang lebih 13,5 persen dari total jumlah penduduk 570 ribu.

"Misalnya persentase di angka 80 ribu - 100 ribu jiwa," katanya.

Baca Juga: Panglima Hamas 'Bermata Satu' Diburu Israel, Berkali-kali Lolos dari Maut Kiriman 'Negara Yahudi' hingga Dijuluki ‘Kucing dengan 9 Nyawa’

Lalu, siapa sosok menteri yang berasal dari masyarakat Jawa?

Ia adalah menteri dalam negeri, Bronto Somoharjdo

"Itu menteri dalam negeri namanya Bapak Subronto Somoharjdo," kata Julang.

Di pemerintahan, selain Broto, ada kurang lebih 7 anggota parlemen. Tiga dari NTT National Democratix Party, 3 dari Partai Progresif Reforming Party, dan ada 1 lagi dari partai yang lain.

Baca Juga: Bangsa Yahudi Dikenal sebagai Bangsa yang Cerdas, Tapi Banyak Sekolah di Israel Tak Ajarkan Teori Evolusi Darwin, Apa yang Mereka Pelajari?

"Jadi kurang lebih ada 7 orang keturunan Indonesia yang jadi anggota parlemen," kata Julang.

Julang menjelaskan, itu pada takaran menteri dan parlemen. Sementara pada masa sebelumnya juga ada yang menjabat ketua parlemen, dan menteri di beberapa sektor.

Dalam bidang usaha juga ada sejumlah pengusaha keturunan Jawa yang cukup berhasil.

Broto Somoharjo sendiri menjabat sebagai menteri dalam negeri sejak tahun 2020 lalu.

Baca Juga: Surat Kabar Korea Utara: Jika Seandainya Jutaan Rakyat Korea Utara Mati Kelaparan, Kita Tidak Boleh Menyalahkan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-Un hingga Ajal Tiba

Ia adalah seorang pengusaha dan politikus Suriname, yang menjadi anggota partai politik Pertjajah Luhur (PL).

Broto Somohardjo lahir pada 20 Januari 1980 di Rumah Sakit Sint Vincentius di Paramaribo.

Ia adalah putra dari Paul Somohardjo, pemimpin Pertjajah Luhur (PL).

Sekitar tahun 2007 ia berkewarganegaraan Belanda.

Baca Juga: Tanpa Krisis Pangan Pun, Warga Korea Utara Sudah Jatuh Dalam Kelaparan, Sampai RelaBunuh, Rebus, dan Makan Daging Anaknya Sendiri

Menjelang pemilihan 2020 , ia secara terbuka bentrok dengan lawan politiknya.

Salah satunya adalah Clifton Limburg ( Limbo ), sekretaris pers Presiden Desi Bouterse dan pembawa acara radio program NDP Bakana Tori di stasiun penyiaran negara SRS . Sosok lain yang dia lawan secara terbuka adalah Raymond Sapoen, mantan anggota PL yang membelot ke koalisi Desi Bouterse dan ikut mendirikan HVB.

Setelah pemilu, PL menjadi salah satu partai di kabinet Santokhi yang baru, di mana ketua partai ini yang merupakan Ayah Broto, Paul Slamet Sumohardjo, memilih menjadi ketua.

Baca Juga: Memahami Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Berdasarkan Masing-masing Butir Pancasila

Kabinet Santokhi dipimpin oleh Presiden Chan Santokhi yang akan menjabat antara tahun 2020 hingga tahun 2025 mendatang.

Sementara Paul mengedepankan Broto dalam pencalonan, ilmuwan politik Hans Breeveld menyebutnya, sebagai 'sangat tidak nyaman' dan 'ini berbau nepotisme '.

Namun, Bronto Somohardjo tetap mengambil alih kepemimpinan Kementerian Dalam Negeri dari Mike Noersalim (HVB) pada 17 Juli 2020.

Dialah sosok menteri di Suriname yang merupakan keturunan etnis Jawa.

Baca Juga: Jauh dari Nalar, Pakar Sebut China Bisa Bebas dari Tuntutan Jika Teori Kebocoran Laboratorium Covid-19 Terbukti, Justru Negara-negara Ini yang Jadi Sasaran

(*)

Artikel Terkait