Intisari-Online.com - Johan Ferrier, merupakan sosok presiden pertema Suriname, sebuah negara yang senasib dengan Indonesia yaitu sama-sama merasakan jajahan Bangsa Eropa.
Bahkan, Suriname dan Indonesia memiliki 'hubungan istimewa'. Di negara tersebut, banyak warganya menggunakan bahasa Indonesia untuk sehari-hari.
Juga terdapat orang 'Suriname Jawa' di sana, yaitu warga Suriname yang merupakan keturunan etnis Jawa.
Itu tak lepas dari sejarah kedua negara dari masa penjajahan, gara-gara banyak orang Jawa dikirim ke wilayah koloni Belanda tersebut untuk memenuhi kebutuhan buruh perkebunan 'murah'.
Jika Indonesia berhasil memerdekakan diri pada tahun 1945, Suriname masih lebih lama lagi merasakan penjajahan Belanda.
Suriname, negara terkecil di Amerika Selatan ini, baru merdeka pada tahun 1975, tepatnya pada 25 November.
Dengan kemerdekaannya, Suriname menjadi negara independen dengan sosok bernama Johan Ferrier menduduki jabatan presiden pertama negara ini.
Seperti apa sosok presiden pertama Suriname ini?
Melansir Historiek.net, Ferrier adalah gubernur terakhir dan presiden pertama republik merdeka Suriname.
Pria bernama lengkap Johan Henri Eliza Ferrier ini lahir pada 12 Mei 1910 di Paramaribo.
Pada tahun 1927 ia mulai bekerja sebagai guru. Mengawali pekerjaannya ini, ia pertama bertugas di pedalaman Suriname, kemudian baru pindah ke Paramaribo, ibu kota Suriname saat ini.
Terkait sepak terjang politiknya, pada tahun 1946, Ferrier menjadi salah satu pendiri National Party of Suriname (NPS).
Itu adalah sebuah partai politik yang mengandalkan Kreol di Suriname.
Dari tahun 1946 hingga 1948, Ferrier menjadi anggota Dewan Nasional. Dia kemudian pergi ke Amsterdam di Belanda untuk mempelajari teori pendidikan.
Ketika kembali ke Suriname, dan wilayah itu menjadi negara otonom di Kerajaan Belanda, dia melanjutkan studi dan berkarir di bidang pendidikan. Pada tahun 1951 hingga 1955, ia menjadi direktur pendidikan.
Selanjutnya, antara tahun 1955-1958 Ferrier menjadi Perdana Menteri Suriname, dilanjutkan dengan menjadi gubernur Suriname sebagai bagian dari Kerajaan Belanda, pada 1968.
Dia memegang posisi terakhir ini hingga kemerdekaan pertama Suriname diproklamasikan pada tahun 1975.
Bersama Henk Arron, dari Partai Nasional Suriname (NPS) sebagai perdana menteri, mereka menjalankan pemerintahan negara baru ini.
Namun, hanya sampai 5 tahun kemudian, yaitu tahun 1980.
Ia digulingkan dalam kudeta militer pada 13 Agustus 1980 yang dipimpin oleh Desi Bouterse.
Ferrier pun pindah ke Belanda dan menetap di Oegstgeest bersama keluarganya.
Dipuja oleh ratu Belanda, Ferrier tetap optimis tentang negara asalnya, menurut obituari singkat di Volkskrant.
"Bahkan di hari-hari tergelap, saya tetap optimis," kata surat kabar itu mengutip ucapannya.
Pada tahun 2000, Ferrier dipuji sebagai "Politisi Abad Ini".
Beberapa tahun lalu memoarnya diterbitkan dengan judul Gubernur Terakhir, Presiden Pertama.
Baca Juga: Inilah Mata Uang Palestina yang Digunakan, Dolar Amerika untuk Pembelian Barang Mahal!
Buku itu didasarkan pada lusinan percakapan jurnalis John Jansen van Galen dengan presiden pertama.
Johan Ferrier adalah Knight dari Oranje-Nassau.
Dia juga dianugerahi Penghargaan Kwakoe, penghargaan untuk orang-orang yang telah membuat diri mereka berguna bagi Suriname dalam bidang sosial atau budaya.
Johan Ferrier meninggal dunia di rumahnya di Oegstgeest, Belanda, pada usia 99 tahun.
Baca Juga: Demi Hadiri Pemakaman Kuda, Ratusan Warga India Desak-desakan Saat Negaranya Krisis Covid-19
(*)