Find Us On Social Media :

Timor Leste Lepas dari Indonesia di Masa Pemerintahan Habibie, Tapi sempat Heboh Soal Bahasa Tubuh Presiden Soeharto Ini, Disalahartikan Indonesia Siap Lepas Timor Timur

By Khaerunisa, Kamis, 17 Juni 2021 | 15:15 WIB

Presiden Soeharto. (Ilustrasi) bahasa tubuh Presiden Soeharto pernah disalahartikan sebagai

"Rupanya yang terjadi adalah ketika soal Timtim itu disinggung, sambil mendengarkan Presiden Marcos berbicara, Pak Harto mengangguk-anggukkan kepala yang disalahartikan sebagai semacam tanda setuju.

"Mungkin kesan itulah yang ditangkap Presiden Marcos dan disampaikan kepada para stafnya sehingga menimbulkan salah tafsir tadi," tandas Widodo.

Baca Juga: Apa Weton Anda? Ketahui 7 Weton Ini Diramalkan Jadi Suami Idaman Menurut Primbon Jawa, Setia pada Istri dan Pintar Kelola Keuangan

Indonesia dan Portugis Sepakat tentang Referendum Timor Timur

Melansir dari buku Midwifing a New State: The United Nations in East Timor karya Markus Benzing, pada 5 Mei 1999, dicapai kesepakatan antara Indonesia dan Portugal untuk membuat perjanjian referendum di Timtim. Perjanjian ini dikenal sebagai New York Agreement.

Saat itu, PBB juga membentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) untuk mengawal kesepakatan Indonesia dan Portugal dalam prosesnya menuju referendum Timtim.

Referendum akhirnya dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 dan dilaksanakan dengan dua opsi.

Dua opsi itu yaitu menerima otonomi khusus untuk Timtim dalam NKRI atau menolak otonomi khusus.

Baca Juga: Nikko Jenkins, Pembunuh Bayaran yang Memotong Lidah dan Organ Vitalnya Agar Mirip Dewa Ular

Dikutip dari buku Self Determination in East Timor oleh Ian Martin, hasil referendum menunjukkan bahwa sebanyak 94.388 penduduk atau sebesar 21,5 persen penduduk memilih tawaran otonomi khusus.

Sementara, 344.580 penduduk atau 78,5 persen dari total penduduk Timtim memilih untuk menolaknya.

Setelah Indonesia menyetujui hasil Referendum Timor Timur, Xanana Gusmao pun dibebaskan usai tujuh tahun menjadi tahanan politik di Jakarta.

Ia kembali ke Dili sebagai pemimpin dari Conselho Nacional de Resistencia Timorense (CNRT).

Baca Juga: Akhiri Perang Dunia 2, Inilah Isi Perjanjian Postdam yang Dirumuskan Sekutu

(*)