Penulis
Intisari-Online.com - Uni Democratic Timor (UDT) merupakan salah satu partai Timor Leste yang terbantuk di akhir pendudukan Portugis di Bumi Lorosae.
UDT adalah partai pertama yang didirikan di Timor Leste, yaitu pada 11 Mei 1974, setelah Revolusi Anyelir di Portugal.
Awalnya mendukung hubungan lanjutan dengan Poertugis, tapi kemudian pada bulan Januari 1975, UDT membentuk aliansi dengan partai Timor Leste lainya, yaitu Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) yang lebih sayap kiri, untuk berjuang menuju kemerdekaan.
Namun, aliansi dua partai Timor Leste tersebut hanya mampu bertahan kurang lebih selama 5 bulan, sebelum salah satunya membelot, mendukung integrasi dengan Indonesia.
Menjelang bubarnya aliansi tersebut, ada tuduhan bahwa Fretilin tidak melakukan kontrol atas anggotanya yang lebih ekstrim.
Di sisi lain, para pemimpin UDT seperti Francisco Lopes da Cruz telah mengadakan pertemuan dengan BAKIN, intelijen militer Indonesia saat itu, menandakan kekhawatiran Indonesia tentang kemerdekaan Timor Leste di bawah kendali Fretilin.
Setelah UDT melakukan kudeta terhadap pemerintah Portugis dan perang saudara selama tiga bulan meletus, banyak politisi dan pendukung UDT lari melintasi perbatasan dan menandatangani petisi tentang penggabungan Timor Timur ke Indonesia.
Sementara sebagian besar loyalis UDT menolak tawaran itu karena akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ideologi dan kepercayaannya sendiri terhadap negara.
Selain aliansi dengan Fretilin bubar, penandatanganan petisi itu juga memecah internal UDT sendiri.
UDT terpecah menjadi dua faksi, sebagian memutuskan untuk berpihak pada Asosiasi Demokratik Rakyat Timor (APODETI) -yang pro integrasi dengan Indonesia- untuk menyerukan pencaplokan Indonesia.
Sementara UDT lainnya memutuskan untuk mengambil keputusan berperang melawan pasukan invasi Indonesia.
Atau memutuskan untuk meninggalkan Timor untuk mencari bantuan dan membuat kongres dengan Fretilin di Australia dan Portugal untuk menuju kemerdekaan.
Selain ketiga partai tersebut, ada juga dua partai kecil Timor Leste saat itu, KOTA (Klibur Oan Timor Aswain) dan TRABALHISTA.
KOTA menginginkan pemerintahan tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal.
Sedangkan TRABALHISTA yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.
Namun, FRETILIN merupakan fraksi yang terkuat sebab mendapat dukungan dari pasukan pribumi militer Timor Portugis.
Baca Juga: Latar Belakang dan Isi Perjanjian Salatiga, Mataram Terpecah Lagi Lewat Perjanjian Ini
FRETILIN kemudian mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, dan menyebutnya Republik Demokratik Timor Leste.
Tak mau kalah, pihak pro integrasi dengan Indonesia juga mengadakan proklamasi tandingan yang dikenal sebagai Deklarasi Balibo pada 30 November 1975.
Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araújo (APODETI) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (UDT).
Setelah melawan APODETI dan UDT, FRETILIN semakin kewalahan ketika pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia memulai invasi ke Timor Timur.
Operasi militer yang dikenal sebagai Operasi Seroja dan telah didahului oleh misi intelijen yang dilakukan oleh perwira perwira TNI.
Amerika Serikat juga turut mengambil peran dalam operasi-operasi keamanan yang dilakukan Indonesia di Timor Timur kala itu.
Selama masa invasi, massa penolak integrasi (FRETILIN) dibantai oleh pasukan Indonesia.
Dengan keberhasilan invasi Indonesia, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia pada 1976 hingga dua dekade kemudian.
(*)