Find Us On Social Media :

Terjadi Tahun 1999 Tapi Masih Diungkit China, Inilah Insiden Amerika Mengebom Gedung Kedubes China di Yugoslavia, Disebut Hanya Kecelakaan Ternyata Begini Faktanya

By Afif Khoirul M, Jumat, 11 Juni 2021 | 07:35 WIB

Ilustrasi kedubes China di bom oleh militer Amerika.

Intisari-online.com - Sebuah teori baru disebutkan oleh surat kabar China di mana Amerika mendadak jatuhkan bom di gedung kedubes China di Yugoslavia.

Awalnya Washington telah mengkonfirmasi insiden itu, dan mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesalahan.

Insiden ini sebenarnya sudah terjadi cukup lama, namun belakangan insiden ini kembali diungkit oleh China.

Itu terjadi ketika diplomat tinggi AS dan China bertemu di Alaskan pada akhir Maret 2021 lalu.

Baca Juga: Pantas Saja Setahun Lebih Berlalu Asal-usul Covid-19 Masih Menjadi Misteri, Rupanya Begini Cara China Sembunyikan Asal-usul Covid-19 Ungkap Peneliti

Media China mengingat betul insiden pemboman AS terhadap Kedutaan Besar China di bekas Yugoslavia pada tahun 1999.

"Mengapa keduataan besar China di bekas Yugoslavia diserang dengan bom berpemandu presisi AS tahun 1999?" demikian postingan media China dikutip dari majalah Nikkei Jepang.

AS mengatakan bahwa pemboman 22 tahun lalu adalah kecelakaan.

Tetapi ada tuduhan AS sengaja mengebom fasilitas bekas Yugoslavia tersebut.

Baca Juga: Lama Tak Terdengar, China dan India Kembali Dikhawatirkan Bakal Perang, Gerak-gerik Kedua Negara Ini yang Jadi Penyebabnya

Apa yang terjadi malam itu, menjadi perbincangan hangat di komunitas online di China.

Pada Mei 1999, Kedutaan Besar China di bekas Yugoslavia dibom oleh pembom siluman B-2 dengan lima bom berpemandu presisi.

Tiga warga China tewas dan lebih dari 20 lainnya luka-luka, insiden itu menyebabkan protes anti-AS di Beijing.

Meskipun saat itu Presiden AS Bill Clinton meminta maaf, China selalu bersikeras bahwa itu bukanlah pengeboman tak sengaja.

Namun, Beijing tidak pernah mempublikasikan bukti serangan AS itu adalah kesengajaan.

Artikel tersebut mengajukan teori baru bahwa Kedutaan Besar China menjadi sasaran karena mesin siluman AS itu disimpan di ruang bawah tanah di gedung tersebut.

Semua berawal ketika pertahanan udara Yugoslavia kemudian menembak jatuh sebuah pesawat siluman F-117 Amerika.

Puing-puing dari pesawat berserakan di lahan pertanian, beberapa bagian dipajang di museum penerbangan di Belgade, Serbia.

Baca Juga: Taiwan Memanas, Perang Besar Melibatkan 3 Negara Ini Diprediksi Akan Terjadi, China, Amerika, Hingga Rusia Diprediksi Akan Turun Tangan Begini Skenarionya

Beberapa puing-puing dibeli oleh pihak China dari petani lokal, ungkap Laksamana Davor Domazet-Loso, kepala staf tentara Kroasia, mengatakan kepada AP pada tahun 2011.

"Kami percaya China telah menggunakan puing-puing untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknologi pesawat siluman dan menirunya," tambah Domazet-Loso.

Menurut artikel itu, pemerintah China meminta bekas Yugoslavia untuk berbagi puing-puing, termasuk sistem navigasi, bodi utama yang dilapisi cat siluman, dan rakitan nosel tahan panas mesin.

China tidak punya pilihan selain menyimpan sementara puing-puing di gedung kedutaan itu untuk menunggu kesempatan membawanya pulang secara diam-diam, tulis media China.

Sementara itu, militer AS telah memperoleh informasi, tahu di mana China menyembunyikan puing-puing.

Pembom B-2 terbang untuk mencegah rahasia militer jatuh ke tangan China, artikel itu menyimpulkan.

Salah satu bom jatuh di ruang bawah tanah tempat China menyimpan puing-puing pesawat. Untungnya, bom itu tidak meledak dan puing-puing F-117 masih utuh.

Setelah peristiwa tahun 1999, China membutuhkan waktu 10 tahun untuk meningkatkan teknologi siluman, meluncurkan pesawat tempur J-20 dan meneliti peluru kendali laser.

Baca Juga: Berlindung Sampai Negeri Arab, China Ternyata Masih Bisa Memburu Muslim Uighur dan Seret Mereka Kembali Agar Bisa Disiksa Setiap Hari

Menurut AP, teknologi yang digunakan pada J-20 kemungkinan besar berasal dari pesawat F-117.

Setelah lebih dari dua dekade sejak pengeboman kedutaan, China telah menutup kesenjangan dengan AS dalam hal kekuatan nasional.

Buktinya adalah bahwa dalam pembicaraan baru-baru ini dengan diplomat tinggi AS, China telah menunjukkan bahwa mereka tidak lagi takut pada AS.

Menurut Nikkei, artikel tersebut memperkenalkan teori baru yang muncul pada saat China lebih terbuka tentang insiden yang terjadi 22 tahun lalu, untuk menekankan dugaan agresi AS.

Kebanyakan orang Cina juga percaya bahwa pengeboman kedutaan adalah tindakan yang disengaja oleh AS.

Pelepasan bukti untuk argumen itu semakin menyoroti tindakan sengaja AS di masa lalu, untuk menekankan hubungan AS-China yang semakin tegang saat ini.