Gus Dur Selesaikan Konflik Papua Tanpa Bedil, Banyak Tokoh Masyarakat Papua Termasuk Pihak Papua Merdeka Hadiri Undangan Gus Dur pada 1999

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid Gus Dur saat mengunjungi Jayapura, Papua.

Intisari-Online.com -Masa operasi Satuan Tugas (Satgas) Nemangkawi di Papua diperpanjang selama enam bulan.

Perpanjangan ini mulai berlaku pada 1 Juni 2021.

Personel TNI-Polri yang tergabung dalam satgas tersebut masih terus memburu kelompok kriminal bersenjata (KKB Papua).

Konflik Papua sudah terjadi berkepanjangan selama berpuluh-puluh tahun.

Meski begitu hanya pada masa pemerintahan Gus Dur, pendekatan humanis dilakukan untuk meredam konflik.

Baca Juga: Lambungkan Nama Prabowo, Inilah Operasi Mapenduma, Kala Kopassus Harus Gunakan 3 Pendekar Sakti Banten demi Tangkal Ilmu Gaib KKB Papua

Walaupun hanya menjabat kurang lebih 20 bulan sebagai Presiden, namun Gus Dur pernah mengupayakan penyelesaian konflik dengan mendengar keluh kesah warga Papua.

Dua bulan setelah dilantik menjadi Presiden Indonesia, pada bulan Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Papua untuk melakukan dialog informal dengan beragam “perwakilan” dari Papua.

Dialog dimulai sebagai upaya untuk mendorong pendekatan kemanusiaan terhadap konflik.

Gus Dur juga menyetujui kongres pro-kemerdekaan dan menyetujui pengibaran Bintang Kejora.

Baca Juga: Darah Putra Bangsa Selalu Mengalir Jika Dirinya Sudah Beraksi, Inilah Tandi Kogoya, Komandan KKB Papua yang Kematiannya Disambut Tak Biasa

Alasan Gus Dur tidk melarang pengibaran bendera Bintang Kejora karena itu adalah bendera kultural.

"Kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita sendiri,” kata Gus Dur sebagaimana dikutip dari nu.or.id.

Gus Dur Mengubah Nama Irian Jaya Menjadi Papua

Dalam kunjungannya ke Papua itu, Gus Dur mengundang berbagai tokoh masyarakat Papua tak terkecuali dari pihak gerakan Papua Merdeka untuk berdiskusi.

Baca Juga: 'Ada Jalur Rahasia di Luar Negeri', Terkuak Ternyata KKB Papua Gunakan 2 Jalur Tersembunyi di Dua Negara Ini Untuk Selundupkan Senjata Api

Meski merupakan undangan terbatas, diskusi itu dihadiri oleh banyak tokoh masyarakat Papua.

Gus Dur juga tidak menggunaan penjagaan yang ketat.

"Meskipun dengan cara perwakilan, tetapi banyak sekali yang datang karena penjagaan tidak ketat,” demikian dikutip dari artikel NU Online berjudul Alasan Gus Dur Ubah Nama Irian Jaya Menjadi Papua.

Gus Dur kemudian mempersilakan siapa pun yang hadir pada malam itu untuk memberikan pendapat.

Baca Juga: Berantas KKB Papua Karena Meresahkan Warga, Pemerintah Dinilai Media Asing 'Buru' 170 Warga dengan Izin 'Tembak Siapapun'

Semua pendapat, baik yang mendukung kemerdekaan Papua, hingga yang memuji pemerintah didengarkan oleh Gus Dur

Setelah mendengarkan aspirasi masyarakat Papua, Gus Dur kemudian memutuskan untuk mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.

Alasan Gus Dur, nama Irian memiliki makna yang jelek.

Sebab dalam bahasa Arab kata Irian berarti telanjang (Urryan).

Baca Juga: KKB Papua Sempat 'Kuasai' Bandara Ilaga dan Tembaki Aparat, Sulit Dikejar Meski Medan Konflik Dipenuhi Pohon dan Berbukit

Gus Dur juga beralasan bahwa dalam kebudayaan Jawa penggantian nama seorang anak dilakukan jika sang anak sakit-sakitan.

“Biasanya sih namanya Slamet. Tapi saya sekarang ganti Irian Jaya menjadi Papua,” kata Gus Dur saat itu.

Sebagaimana diketahui, Gus Dur percaya dialog adalah pendekatan paling tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua.

Duduk bersama, saling menghormati dan mau mendengar pendapat masing-masing, dianggapnya lebih cocok ketimbang angkat bedil, seperti yang terjadi dengan KKB Papua sekarang ini.

Sayangnya, upaya awal pendekatan kemanusiaan terhadap konflik ini tidak berlanjut setelah masa kepresidenan Gus Dur berakhir.

Baca Juga: Satu Jam Kontak Senjata, Aparat Keamanan sempat Terpaksa Mundur saat Kejar KKB Papua yang Bakar Fasilitas Bandara Aminggaru, Jika Gegabah Bisa Untungkan KKB

(*)

Artikel Terkait