Find Us On Social Media :

'Saya Sudah Bunuh Banyak Orang Arab, Cara Hadapi Palestina Memang dengan Memukulinya', Inilah Naftali Bennet Calon PM Israel yang Bisa Bikin Rakyat Palestina Makin Menderita

By Mentari DP, Kamis, 3 Juni 2021 | 15:40 WIB

Naftali Bennett calon Perdana Menteri Israel.

Intisari-Online.com - Nama Naftali Bennett mendadak viral di seluruh dunia.

Hal ini karena dia menjadi calon terkuat Perdana Menteri Israel menggantikan Benjamin Netanyahu.

Lalu siapa sebenarnya Naftali Bennett?

Baca Juga: Diklaim Sebagai Salah Satu Orang Terkuat di Israel, Posisi Benjamin Netanyahu Mulai Terancam, 'Tanpa Saya, Israel Akan Berada Dalam Bahaya'

Dilansir dari timesofisrael.com

karena pandangannya yang anti-Palestina.

Uniknya, dia mulai memasuki dunia politik Israel sebagai anak buah Benjamin Netanyahu.

Bennett memasuki politik pada 2005 sebagai wakil Benjamin Netanyahu.

Kini, dia digadang-gadang akan menggeser posisi mantan atasannya yang sudah menjabat sebagai Perdana Menteri Israel selama 12 tahun lamanya.

Baca Juga: Dituduh Sering Membantu Musuh-musuh Israel hingga Pasok Senjata ke Hamas, Ternyata Korea Utara dan Israel Terlibat Perang Rahasia, Bukti-bukti Ini Jadi Alasannya

Apalagi rekor Bennett tak kalah 'kejam' dibanding Netanyahu.

“Saya telah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya dan tidak ada masalah dengan itu,” kata Bennet, mantan komando Israel mengutip dari aa.com.tr.

Politisi Israel itu juga seorang jutawan berkat perusahaan teknologi yang ia bangun dari nol.

Oleh karenanya, dia selalu menarik pemilih sayap kanan di Israel selama karir politiknya.

Dia telah memegang banyak posisi di bidang politik, termasuk peran menteri di kementerian ekonomi dan pendidikan.

Orangtua Bennett lahir di Amerika Serikat (AS) dan retorika agresifnya terhadap Palestina selalu menjadi berita utama selama karir politiknya.

Dia terpilih sebagai ketua partai Rumah Yahudi pada 2012.

Pada 2013, ia menyampaikan pernyataan kontroversial di mana ia mengatakan "teroris Palestina" harus dibunuh alih-alih dibebaskan.

Dia juga mengklaim bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan dan tidak ada yang namanya negara Palestina.

Dia mengganti nama Rumah Yahudi menjadi Yamina pada 2018 dan mengambil bagian dalam koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu.

Baca Juga: Percuma Saja Ada Gencatan Senjata, Israel dan Hamas Dijamin Tidak Akan Pernah Berdamai, Malahan Amerika dan Iran Akan Ikut Campur

Soal konflik Israel-Palestina, Bennett berpendapat bahwa Israel harus mencaplok bagian dari wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat.

Apalagi setelah Israel bertempur melawan kelompok militan Palestina Hamas sebelum sepakat melakukan gencatan senjata.

Akibatnya dari serangan Israel yang menargetkan Jalur Gaza pada Mei 2021 itu, sekitar 254 warga Palestina tewas.

Setelah gencatan senjata, baik Bennett dan Netanyahu yang berada di oposisi utama (pemimpin partai Yesh Atid Yair Lapid) setuju untuk membentuk sebuah koalisi.

Menurut kesepakatan antara dua politisi, pemimpin Yamina diwakili oleh tujuh anggota parlemen di parlemen, akan mengambil alih jabatan perdana menteri untuk dua tahun pertama.

Sedangkan Lapid kemudian akan mengambil alih peran ini.

Baca Juga: Kemarin Sepakat Gencatan Senjata, Mendadak Hamas Lanjutkan Produksi Roket Besar-besaran, Mau Serang Israel Lagi?