Inilah Sisi ‘Manusia’ Soekarno, Tidak Malu untuk Minta Maaf pada Pengawalnya, Bahkan Makan pun Jarang Pakai Sendok

K. Tatik Wardayati

Penulis

Inilah sisi 'manusia' Soekarno, tidak malu untuk minta maaf pada pengawalnya, bahkan makan pun jarang pakai sendok.

Intisari-Online.com – Inilah sisi ‘manusia Soekarno, tidak malu untuk minta maaf pada pengawalnya bahkan makan pun jarang pakai sendok.

Siapa pun dengan pasti mengenal sosok Presiden RI Soekarno, yang lebih akrab kita sebut sebagai Bung Karno.

Kharisma dari seorang Soekarno tidak pernah tergantikan oleh apapun meski banyak orang yang menghujat beliau.

Bagaimana ‘manusia’ Soekarno sebenarnya?

Baca Juga: Dirancang Mati-matian Oleh Soekarno, Pancasila Malah Disebut Mirip dengan Dasar Negara Malaysia Sampai Dipelajari Negeri Jiran

Majalah Intisari pernah menuliskan sisi ‘manusia Soekarno dalam terbitan Agustus 2015, seperti berikut ini di antaranya.

Minta maaf

Suatu hari di Jakarta, Soekarno dalam keadaan sangat marah. Delapan pengawal dikumpulkan dan ditempeleng satu per satu.

“Saya mohon Bapak sabar dulu,” kata Letnan Kolonel Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden, yang juga menjadi salah satu korban kemarahan.

Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila Tak Lepas dari Pidato Bung Karno

Belum sampai habis bicara, Soekarno sudah membentak Mangil, “Diam!” Anggota pengawal yang baru saja menerima bogem mentah itu saling melihat dan tertawa kecil.

Setelah kembali ke istana, Soekarno memanggil Mangil dan berkata, “Mangil, kamu mau gak memaafkan Bapak? Bapak meminta maaf kepada anak buahmu. Ternyata Bapak berbuat salah kepada anak buahmu,” ucap Soekarno.

“Tidak apa-apa, Pak,”jawab Mangil.

Belakangan diketahui, Soekarno telah menerima laporan yang salah dari orang lain mengenai salah satu anak buah Mangil.

Jarang pakai sendok

Selama ini, sosok Soekarno lebih dikenal sebagai seorang politikus yang brilian dan orator ulung.

Namun, ternyata dalam kehidupan sehari-hari pria kelahiran Surabaya itu, sama dengan rakyat biasa terutama dalam hal makan.

Tak ada yang mewah atau luar biasa dalam hidangannya.

Seperti yang ditulis Mangil Martowidjojo, mantan komandan Datasemen Kawal Pribadi Presiden Soekarno, dalam bukunya yang berjudul Kesaksian tentang Bung Karno 1945- 1967 itu mengungkapkan, kebiasaan makan Bung Karno sangat sederhana.

Baca Juga: Mazlan Idris, Politikus yang Tewas di Tangan Mona Fandey Karena Ingin Tongkat Soekarno

Bung Karno juga jarang menggunakan sendok dan garpu. Sang proklamator ini lebih suka menggunakan tangan.

Nasi yang dimakan hanya satu mangkuk kecil. Sayuran yang disukai adalah sayur lodeh dan sayur asem.

Untuk lauknya telur mata sapi. Menu lainya yang disukainya, yakni ikan asin dan sambal.

“Sambalnya tak boleh dipindah dari cobek,” ujar Mangil.

Berpantang alkohol

Sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno dikenal memiliki pergaulan internasional yang luas.

Ia gemar pesta, musik, dan dansa. Namun ada satu prinsip yang dipegangnya sebagai seorang Muslim, pantang minum alkohol, di mana pun, dalam acara apa pun.

Dalam banyak pertemuan seperti lawatan ke luar negeri atau berada di nightclub di luar negeri, Soekarno selalu menjauhi minuman beralkohol. Khusus baginya disediakan air jeruk.

Suatu ketika sekitar 1950-an, Soekarno diajak Presiden Tito dari Yugoslavia menghadiri ramah tamah di nightclub Hotel Metropole Beograd.

Baca Juga: Tingginya 6 Meter, Inilah Patung Presiden Soekarno di Perbatasan Indonesia-Timor Leste yang Jadi Daya Tarik Wisata Baru

“Seperti biasa, Bung Karno hanya minta air jeruk. Dia memang tidak pernah minum alkohol,” kenang mantan ajudan Presiden Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno.

Penyanyi kamar mandi

Salah satu kebiasaan Soekarno yang tak bisa dilupakan oleh teman-temannya adalah bernyanyi di kamar mandi.

Lagu yang paling sering dinyanyikan adalah lagu-lagu berbahasa Belanda.

Namun, ia juga suka menyanyikan lagu-lagu berbahasa Indonesia.

Terkadang, ketika sedang asyik bernyanyi, Soekarno menjadi lupa diri hingga tidak menyadari jika suaranya terdengar hingga keluar dan mengganggu orang lain.

Satu kali Soekarno menyanyi di kamar mandi dengan cukup keras. Ternyata bagi Sjahrir hal itu dirasakan ribut, hingga Sjahrir berteriak, “‘Houd je mond’,” tulis Dr. Z Yasni, dalam bukunya Bung Hatta Menjawab.

Menurut Bung Hatta, kejadian itu terjadi saat Soekarno, Sjahrir, dan Agus Salim, menjadi tahanan Belanda, di Prapat, Sumatra Utara.

Dari beberapa lagu berbahasa asing, One Day When We Were Young karya komponis terkenal Johann Straus menjadi lagu yang paling sering dinyanyikan oleh Bung Karno.

Baca Juga: Isi Perjanjian Roem Royen dan Dampaknya Bagi Indonesia, Termasuk Dibebaskannya Soekarno dan Hatta

Ia sangat senang menyanyikan lagu itu, hingga banyak teman-temannya ikut hafal.

Suka kebersihan

Meski perokok, Bung Karno dikenal sebagai orang yang suka kebersihan. Ia tak segan untuk menghardik perokok yang sembarangan membuang puntung rokok.

Setiap hari ia selalu mengecek kebersihan semua ruangan Istana, kamar para pengawal, dan bahkan kamar mandi.

Kepada seluruh ajudannya Bung Karno mengatakan, agar selalu menjaga kebersihan. “Kalau kalian tidak bisa membersihkannya, nanti saya yang akan membersihkannya sendiri,” ucap Dalimin Ronoatmodjo, mantan pengawal pribadi Presiden Soekarno selama 20 tahun itu, mengutip ungkapan Bung Karno.

Saking bersihnya Soekarno, petugas cuci baju Istana bingung ketika masuk kamar Soekarno.

Ia melihat baju-baju tergantung rapi, dikiranya baju bersih sehingga tidak dicuci. Kemudian

Soekarno berkata, itu baju bapak gantung, bukan berarti tidak boleh dicuci, itu baju kotor, tapi meskipun kotor, kita tetap harus menjaga kerapian dan kebersihan kamar.

Baca Juga: Cerdik! Bakar Semangat Rakyat Indonesia Usai Salat Idul Fitri Tahun 1962, Presiden Soekarno Sisipkan Masalah Penting Ini dalam Pidatonya

Singa mimbar

Soekarno dikenal sebagai orator ulung. Pendengar dibuat terpukau oleh pidatonya meskipun menghabiskan waktu berjam-jam.

Anehnya, tak ada satu pun orang yang bosan mendengarnya.

“Bung Karno memang menguasai psikologi massa. Ditambah dengan keahliannya berbicara dan pengetahuannya yang amat luas, memang tak salah jika ia disebut singa mimbar tanpa tandingan,” kata ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko.

Karena itu pula, Bambang menderita sakit pada saraf belakang karena terlalu lama berdiri tegak dalam sikap sempurna saat Soekarno berpidato.

Canda di pagi hari

Sebagai sosok yang penuh karismatik, Soekarno juga dikenal sebagai sosok yang egaliter.

Semua orang baginya sederajat, tak ada yang beda. Ia begitu memperhatikan bawahannya.

Selama delapan tahun mendampingi Soekarno, Bambang Widjanarko mengingat kebiasaan makan dan minum dari mantan menantu Tjokroaminoto itu.

Baca Juga: Lahir di Tengah Ancaman Disintegrasi Bangsa, Ternyata Ini Awal Mula Istilah Halal Bihalal Digunakan saat Lebaran di Indonesia, Permintaan Khusus Presiden Soekarno!

Pagi hari Soekarno selalu minum kopi dan makan roti yang diolesi sedikit mentega dan gula.

Saat minum kopi pagi di Istana inilah yang selalu seru. Soekarno selalu mengajak seluruh ajudan dan pegawai Istana untuk sarapan bersama.

Suasana penuh canda tawa selalu terjadi setiap pagi. Tak ada batas antara presiden dengan para bawahannya.

Soekarno juga sangat memperhatikan sopir Istana. Ia selalu bertanya apa sopir sudah beristirahat cukup.

Selain itu, ia juga berpesan pada koki Istana yang merupakan warga Belanda, setiap hari harus ada roti keju untuk pengawalnya.

Hobi blusukan

Soekarno dikenal dekat dan mencintai rakyatnya, khususnya rakyat kecil. Ia sering menyusup di tengah rakyat, seperti ke pasar tradisonal dan warung nasi. Ia selalu siap menolong siapa pun.

Bahkan Soekarno pernah menjadi wali nikah rakyat biasa. Menurut Bambang Widjanarko, Soekarno sudah tiga kali menikahkan pasangan rakyat biasa, dari 1961 hingga 1965.

Kecintaan dan kepedulian Soekarno terhadap rakyat kecil dapat dilihat dari ideologi Marhaenisme yang dibuatnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila, Pidato Soekarno yang Dilucuti dari Asal-usulnya selama Kepemimpinan Presiden Soeharto di Masa Orde Baru

Nama Marhaenisme sendiri diambil dari nama seorang petani yang ditemuinya. Selain itu, melalui Sarinah pengasuhnya sewaktu kecil Soekarno belajar untuk mencintai rakyat kecil.

Tanpa rasa takut

Jika menyangkut martabat bangsa, tak ada yang ditakuti Soekarno. Beberapa pemimpin negara asing pernah dibuat “mati gaya” oleh keberanian Soekarno.

Go to hell with your aid adalah ungkapan terkenal yang pernah dikatakan Bung Karno pada Amerika yang mencoba menekan Indonesia melalui diplomasi ekonomi.

“Persetan dengan bantuanmu! Lautan dolar tak akan dapat merebut hati kami,” ucap Soekarno dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Selain itu, Soekarno juga melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia akibat gerakan demonstrasi anti-Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia dengan menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.

Baca Juga: Keberhasilannya Diagung-agungkan di Rusia, Ternyata Yuri Gagarin Juga Dianugerahi Penghargaan oleh Presiden Soekarno, Kini Patungnya pun Ada di Indonesia

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait