Find Us On Social Media :

Edokko, Kisah Menyentuh Pengungsi Yahudi di Perang Dunia 2 Jepang

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 Mei 2021 | 12:10 WIB

Buku Edokko, dan Isaac Shapiro sekarang.

Shapiro lahir di Jepang, tetapi menghabiskan lima tahun pertamanya di komunitas pengungsi Yahudi di Harbin, China, sebelum kembali ke Jepang pada tahun 1936.

Keluarganya hidup sebagai ‘orang asing tanpa kewarganegaraan’ selama perang, karena negara tuan rumah mereka bersekutu dengan Nazi Jerman.

Direlokasi oleh pemerintah Jepang ke Tokyo ketika perang sudah dekat, mereka selamat dari pemboman yang menghancurkan oleh militer AS.

Ketika perang berakhir pada tahun 1945, Shapiro yang berusia 14 tahun melakukan perjalanan ke Pelabuhan Yokohama untuk menyaksikan pasukan AS datang ke darat.

Para pemimpin militer kaget melihat bocah bule itu berdiri di pelabuhan.

Mereka bertanya apa yang dia lakukan di sana, dan kemudian mengundang anak berusia 14 tahun itu, yang pernah belajar bahasa Inggris di sekolah, untuk bekerja dengan mereka sebagai penerjemah dan pemandu.

Dalam seminggu, Shapiro berkeliling Hiroshima dengan militer AS dan menjalin persahabatan dengan para pemimpinnya, termasuk seorang Kolonel Marinir tanpa anak dari Arkansas.

Marinir ini kemudian bersama istrinya mengundang Shapiro untuk pindah ke AS bersama mereka.

Berkat sponsor dan dukungan mereka, Ike, nama kecil Shapiro, seorang pengungsi tanpa kewarganegaraan, kemudian menjadi warga negara AS, melayani di Korea, bersekolah di Columbia, dan memulai karier hukumnya yang sangat sukses di Manhattan.

Baca Juga: Seluruh Keluarganya Diselamatkan Desa Ini dari Nazi, Anak Pengungsi Yahudi Ini Tinggalkan Harta Tidak Sedikit untuk Mereka yang Pernah Menolongnya