Setelah Jadi Presiden Langsung Samber Perdana Menteri, Apa Langkah Politik Xanana Gusmao di Timor Leste?

Maymunah Nasution

Penulis

Xanana Gusmao, tokoh politik penting Timor Leste yang justru buat persaingan politik Bumi Lorosae panas

Intisari-online.com -Perkembangan sistem partai politik di Timor Leste dan tingkat faksionalisme partai dalam sistem tersebut memiliki kemiripan dengan pengalaman pasca-konflik lainnya, tidak heran memang sering terjadi di negara baru.

Sistem partai telah setara ditentukan oleh faktor lokal dan gangguan internasional, menyebabkan Timor Leste menjadi kasus istimewa.

Artikel oleh Dennis Shoesmith yang terbit di Journal of Current Southeast Asian Affairs menjelaskan faktor apa saja yang membentuk sistem parpol yang ketat di Bumi Lorosae.

Tidak disangka faktor-faktor tersebut telah muncul sejak awal yang tidak menjanjikan di tahun 1970-an sampai transisi sulit menjadi demokrasi sejak 2002.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Xanana Gusmao Menyebut Deklarasi Balibo 1975 Merupakan Tipu-tipu dan Menamainya 'Deklarasi Balibohong' Akal-akalan Indonesia untuk Kuasai Bumi Lorosae

Negara baru yang muncul dari konflik besar biasanya membentuk sistem persaingan parpol yang sangat sulit bagi oposisi untuk menang.

Contohnya adalah di negara-negara Afrika yang lahir pasca konflik di abad ke-20.

Timor Leste berhasil cukup damai setelah adanya intervensi perdamaian PBB di tahun 1999 dan 2006.

Menghadapi tantangan serius mencapai konsolidasi demokrasi, sistem parpol yang didaftarkan di bawah tangan PBB 1999-2002 telah menjadi sistem pemilihan multipartai yang diadakan tiap 4 tahun sekali.

Baca Juga: Pernah Menyusup ke Penjara di Jakarta, Inilah Kirsty Sword Mantan Istri Xanana Gusmao yang Ternyata Merupakan Agen Mata-Mata Timor Leste, Kisah Cintanya Bermula dari Penjara

Namun tingkat konsolidasi demokrasi Timor Leste sejak merdeka sama sekali tidak pasti dan transisinya belum selesai.

Biasanya, di negara pasca-konflik partai yang membentuk pemerintahan sebelum konflik usai sudah siap memerintah.

Setelah intervensi Indonesia selesai di tahun 1999, partai FRETILIN seharusnya siap memerintah.

FRETILIN didirikan tahun 1974-1975, menjadi partai yang memperjuangkan kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1975-1999.

Baca Juga: Merdeka dari Indonesia 20 Tahun yang Lalu, Inilah Sejarah Politik Timor Leste dari Merdeka Sampai Sekarang

Mereka sempat menikmati posisi menguasai Timor Leste sebagai partai yang dominan.

Kemudian sejarah mencatat FRETILIN diteruskan oleh Kongres untuk Rekonstruksi Timor (CNRT) yang didirikan mendadak sebelum pemilihan tahun 2007.

Hebatnya CNRT berhasil memutus tampuk kepemimpinan FRETILIN yang biasanya tidak berhenti di negara-negara pasca-konflik.

Rupanya hal itu tidak lepas dari perjuangan pendiri dan ketua CNRT, Xanana Gusmao.

Baca Juga: Pernah Dipuja Sebagai Pahlawan Timor Leste, Ternyata Xanana Gusmao Pernah Marah-Marah dan Melawan Pemerintahnya Gara-Gara Perkara Covid-19, Begini Kisahnya

Xanana Gusmao adalah pahlawan perlawanan dan presiden pertama Timor Leste.

Ia sebelumnya bergabung dalam partai FRETILIN.

Pemilu antara 2007 dan 2013 di Timor Leste disebut-sebut sebagai kontes yang terkubu antara FRETILIN dan CNRT, dengan pelengkap yaitu sejumlah partai kecil yang mendapatkan jatah perwakilan di parlemen nasional.

Persaingan saat itu terpusat pada dua aktor utama, Xanana Gusmao dan Mari bin Amude Alkatiri.

Baca Juga: Keluarga Korban Covid-19 yang Meninggal Sampai Ditampar Olehnya, Pahlawan Kemerdekaan Timor Leste Ini Larang Keras Warganya Berobat ke Rumah Sakit Karena Alasan Konyol Ini

Alkatiri adalah Sekretaris Jenderal FRETILIN dan Perdana Menteri dalam Pemerintahan Konstitusional I.

Gusmao dan Alkatiri dulunya anggota pendiri FRETILIN di tahun 1975, tapi mereka dengan cepat menjadi musuh politik tahun 1980-an selama perjuangan melawan Indonesia.

Pada pemilu 2007, FRETILIN kalah dan CNRT pun berkuasa, di pemilihan selanjutnya tahun 2012 FRETILIN masih kalah lagi, Xanana Gusmao pun berkuasa menjadi Presiden dari tahun 2002-2007, kemudian karena di tahun 2007 partainya menang, ia menjadi Perdana Menteri sampai 2015.

Tahun 2015 itu Gusmao lengser dan masuklah 4 menteri FRETILIN dalam kabinet "pemerintah persatuan nasional".

Baca Juga: Pasukan Khusus Indonesia Memburunya Mati-matian, Ini Cerita Penangkapan Xanana Gusmao yang Hampir Gagal

Persaingan politik lanjut lagi tahun 2017 ketika CNRT menjadi oposisi membentuk oposisi bersama partai lain untuk menjatuhkan FRETILIN dalam 8 bulan selanjutnya.

Tahun 2017 terjadi perubahan yang cukup aneh, dengan terbentuknya Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) Februari 2015, Arend Lijphart menjelaskan adanya "demokrasi konsosional" di Timor Leste.

Pengaturan tersebut mengharuskan oposisi menyerahkan peran dan kesempatan menggantikan pemerintah pada pemilihan berikutnya.

Imbalannya adalah mendapat bagian dalam pemerintahan.

Baca Juga: Fotonya Sempat Viral Memanggul Kardus saat Terjadi Banjir di Timor Leste, Ternyata Xanana Gusmao Pernah Ditangkap Indonesia dan Nyaris Dihukum Mati Gegara Hal Ini

Di sini pengaturan menjelaskan sistem berbagi kekuasaan, jenis "demokrasi terkontrol" guna menggantikan konflik politik dengan kerja sama politik.

Sisi negatif dari cara ini adalah oposisi melemah.

Kemudian persaingan politik pun ternyata masih berlanjut di tahun 2017 ketika CNRT menjadi oposisi, membentuk aliansi di parlemen nasional menjatuhkan FRETILIN.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait