Penulis
Intisari-Online.com - Timor Leste merupakan salah satu negara yang berbatasan langsung di darat dengan Indonesia.
Perbatasan Indonesia-Timor Leste ada di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka, ini merupakan wilayah Indonesia yang berbatasan dengan daratan utama Timor Leste.
Sementara wilayah Indonesia yang berbatasan dengan daerah kantong Timor Leste, Oecussi-Ambeno, adalah Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang.
Kini, ada 3 Pos Lintas Batas Negara atau PLBN, tempat pemeriksaan dan pelayanan keluar masuk orang dan barang dari dan keluar wilayah Negara Indonesia di perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Di antaranya PLBN Motaain di Kabupaten Belu, PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka, dan PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Sementara itu, ada 2 PLBN yang mulai dibangun pada 2020 dan belum diresmikan, yaitu PLBN Oepoli di Kabupaten Kupang dan PLBN Napan di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Keberadaan PLBN di perbatasan Indonesia-Timor Leste saat ini rupanya tak hanya berfungsi sebagai pos lintas batas saja, tapi juga sebagai destinasi wisata baru.
Pembangunan yang gencar dilakukan di perbatasan Timor Leste beberapa tahun terakhir, rupanya merupakan hal yang 'berarti' bagi warga perbatasan yang sempat merasa malu.
Baca Juga: Ketakutan Diburu Kopassus, 150 Anggota KKB Papua Bersatu di Bawah Pimpinan KKB Lekagak Telenggen
Seorang warga perbatasan Indonesia Timor Leste bernama Febianus mengungkapkan pada Kompas.com, pembangunan PLBN Motaain telah mengubah hidupnya dan warga di sekitar.
Melansir Kompas.com (14/9/2019), Febianus merupakan pria berusia 30-an yang bekerja di sekitar area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Profesi yang digelutinya ialah porter, yang punya tugas membantu pelintas batas mengangkut barang bawaan.
Selain itu, dia juga menawarkan diri kepada pelintas untuk mengisi formulir yang diberikan pihak imigrasi. Upah yang diterima variatif, dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000.
Ia dan puluhan warga di kawasan lereng bukit Dusun Webenahi, Desa Silawan, merupakan penerima bantuan rumah permanen tipe 36 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2016.
Saat itu, Febianus berkisah soal kondisi kehidupannya kini, yang diakuinya relatif lebih baik dari sebelumnya.
"Kalau dulu, cari uang susah dan rumah kami hanya beratap daun dan berdinding. Kondisi rumah kami lebih buruk dari rumah milik warga Timor Leste yang ada di perbatasan.
"Tapi sekarang rumah kami jauh lebih bagus dan kehidupan ekonomi kami juga baik," ungkap Febianus saat berbincang dengan Kompas.com.
Ada rasa bangga dalam diri Febianus dan warga lain karena bukan hanya rumah mereka yang telah dibangun permanen oleh pemerintah pusat, tapi juga sejumlah bangunan milik pemerintah yang berdiri kokoh dan megah.
Bangunan yang dimaksud seperti PLBN Motaain, Puskesmas Silawan, polsek, dan kantor Desa Silawan.
Febianus mengaku sering bepergian dan melihat kondisi kehidupan masyarakat Timor Leste yang berada di perbatasan, khususnya di Batugade dan Koa di Distrik Bobonaro.
Sebelumnya, bangunan milik warga dan pemerintah Timor Leste lebih bagus dibanding miliknya sehingga dia sempat merasa malu.
Tetapi, setelah pemerintah pusat membangun PLBN Motaain dan fasilitas publik lain serta 100 rumah permanen bagi masyarakat Desa Silawan, perubahan pun terjadi, termasuk dari segi ekonomi mereka.
Baca Juga: Pasukan TNI-Polri Sergap KKB Papua, 1 Anggota KKB Tewas, Amunisi hingga Parang Ditemukan
PLBN Motaain dirombak total pada tahun 2015 dan diresmikan pada Desember 2016 oleh Presiden Jokowi.
Saat ini di sekitar PLBN telah dibangun sejumlah bangunan pendukung lain, seperti pasar modern dan terminal internasional khusus barang, yang berdiri di atas lahan seluar 2,5 hektar.
Pembangunan di pos lintas batas tersebut juga membuatnya menarik untuk jadi destinasi wisata baru.
Mengutip Kompas.com, Kemenpar turut membangun dan mempromosikan pariwisata di perbatasan.
Salah satunya dengan program Crossborder Music Festival Atambua 2019, yang kala itu menampilkan band Kotak sebagai bintang tamunya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya (2014-2019) mengibaratkan, program cross border tourism sebagai pancingan. Kolam ikannya adalah berbagai destinasi wisata di sekitar perbatasan.
Daya tarik wisata perbatasan Indonesia Timor Leste juga ditunjukkan di PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka dan PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara, terutama dengan keberadaan patung Soekarno.
Patung Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno di pos lintas batas negara Indonesia-Timor Leste menjadi destinasi wisata dan obyek swafoto warga.
Baca Juga: Mengenal Baju Palestina Tradisional, Gaya Pakaian Tergantung Wilayah dan Kelasnya
Pemasangan patung Soekarno di di masing-masing pos lintas batas tersebut dimulai sejak Januari 2020, setelah patung yang sama juga dipasang di PLBN Motaain di Kabupaten Malaka pada Desember 2019.
Bentuk dan tinggi patung dirancang identik, baik yang berada di PLBN Motaain, PLBN Wini, maupun di PLBN Motamasin.
Sedangkan podium atau umpakan yang menjadi tempat patung diletakkan, berbeda bentuk antara tiga PLBN itu.
"Kalau podium yang di PLBN Motamasin itu desainnya beda, yakni di Motamasin segitiga. Kalau di PLBN Wini dan PLBN Motaain itu segi enam," tutur Staf Teknik PT Nindya Karya (Persero) Tommy Putra Armada kepada Kompas.com di Atambua, Sabtu (8/2/2020).
Baca Juga: Jangan Terlupa, Ini Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Jadi Makna Persatuan
Selain menjadi daya tarik wisata, menurut Kepala Proyek PT Nindya Karya (Persero) untuk Pembangunan PLBN Motamasin Dony Prastya Kesuma, keberadaan patung Soekarno juga menunjukkan karakter Indonesia sebagai bangsa yang besar.
"Soekarno sebagai bapak proklamasi dan presiden pertama Indonesia, merupakan ikon bangsa Indonesia," kata Dony.
"Ke depannya kawasan perbatasan dapat dinikmati juga sebagai tempat kunjungan wisata di perbatasan," katanya saat itu.
Wah, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kita bisa berwisata ke perbatasan Indonesia-Timor Leste, ya!
Baca Juga: Diduga 150 KKB Papua Aktif, Inilah Peta Kekuatan yang Harus Diperhitungkan Aparat Keamanan
(*)