Penyelesaiannya Baru Disepakati 2 Tahun Lalu, Ternyata Sengketa Perbatasan Indonesia-Timor Leste Pernah Membuat Kerajaan di Kupang Ini Tabuh Genderang Perang terhadap Timor Leste

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Pernah terjadi sengketa perbatasan Indonesia-Timor Leste di perbatasan Naktuka.

Itu merupakan perbatasan Indonesia dengan wilayah Oecusse-Ambeno Timor Leste.

Sengketa tersebut baru menemui penyelesaian pada 2019, padahal pembahasannya sudah dimulai sejak Timor Leste lepas dari Indonesia.

Melansir Kompas.com, Kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Timor Leste terkait perbatasan tersebut akhirnya dicapai dalam pertemuan para menteri di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, pada 22 Juli 2019.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste, Jadi Koloni Portugis Sejak Abad ke-16 dan Tak Dilirik Indonesia Sedikitpun Karena Disibukkan Menguasai Irian Barat di New Guinea

Dari pihak Indonesia yaitu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto beserta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Sedangkan dari Timor Leste yaitu Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis, Xanana Gusmao.

"Dalam pertemuan yang dilangsungkan dalam suasana bersahabat tersebut, kami telah sepakat mengenai penyelesaian batas darat unresolved segments yaitu di Noel Besi-Citrana dan di Bidjael Sunan Oben," ujar Wiranto usai pertemuan.

Hasilnya kemudian dituangkan dalam adendum kedua, yaitu perjanjian batas Tahun 2005 dan kemudian dituangkan dalam perjanjian komprehensif antara Indonesia dan Timor Leste.

Baca Juga: Walau Dianggap Kelompok Paling Berbahaya di Bumi Papua, Teryata KKB Hanya Kuasai 3 Tempat Ini, Sampai Disebut-Sebut Tempat KKB Paling Keji di Papua

Butuh puluhan tahun untuk diselesaikan, ternyata sengketa perbatasan Indonesia dan Timor Leste pernah membuat Kerajaan Amfoang di Kupang ancam perang kepada Timor Leste.

Pasalnya, banyak warga Timor Leste yang saat itu nekat menggarap lahan seluas 1.069 hektar di Desa Naktuka, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dilaporkan Kompas.com pada 12 Juni 2009, Pemangku adat Kerajaan Amfoang, Robby GJ Manoh, mengancam mengerahkan masyarakatnya untuk berperang melawan warga Timor Leste tersebut jika pemerintah tak kunjung menyelesaikan masalah perbatasan. "Apabila pemerintah tidak segera mengambil langkah untuk menyelesaikan persoalan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, kami segera menyatakan perang melawan mereka," katanya di Kupang, Jumat (12/6).

Baca Juga: Kedekatan Amerika Serikat dan Israel Merupakan Rahasia Umum, Lantas Apa Alasan AS Begitu Membela Negara Yahudi Ini?

Menurut dia, masalah perbatasan di Desa Naktuka antara Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) mencuat sejak jajak pendapat tahun 1999.

Kedua negara telah melakukan berbagai langkah diplomasi untuk menyelesaikan masalah, termasuk pertemuan dua delegasi di Jakarta pada 16-17 April 2003, namun itu belum juga menyelesaikan masalah tersebut.

Menurut penuturannya, Indonesia lewat pemangku adat Kerajaan Amfoang dan Pemerintah Provinsi NTT terlibat dalam perundingan yang kemudian menyepakati bahwa batas antara Kerajaan Amfoang dan Kerajaan Ambenu di Timor Leste adalah batas negara yang sudah ada patok.

"Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka kami tidak menempuh upaya runding lagi, tetapi langsung menyatakan perang melawan mereka," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Mueeza si Kucing Kesayangan Nabi Muhammad yang Selalu Mengeong Saat Mendengar Adzan Seolah-olah Mengikuti Lantunannya

Saat itu dia mengungkapkan, batas Kerajaan Amfoang dengan Kerajaan Ambenu di Oekusi, Timor Leste, yaitu berada di Kali Noebesi dan bukan di Nonomna seperti yang diakui oleh Pemerintah Timor Leste.

"Batas-batas kerajaan itu diakui Timor Leste. Namun, dalam pertemuan kedua belah pihak masih berbeda paham soal batas di Desa Taktuka. Karena itu, tidak boleh ada aktivitas di daerah itu hingga ada penyelesaian," katanya.

Namun, justru sejak tahun 2006, ratusan warga Timor Leste menggarap lahan seluas 1.069 hektar itu, sehingga memancing kemarahan warga Amfoang.

"Saya sebagai pemangku adat Kerajaan Amfoang akan berperang dengan warga Timor Leste apabila pemerintah tidak secepatnya menyelesaikan persoalan ini," katanya.

Baca Juga: Jadi Percikan Asal Mula Bentrokan Dasyat Israel-Palestina Saat Ini, Rupanya Ini Alasan Polisi Israel Tembaki Orang Palestina di Masjid Al-Aqsa, Konflik Arab-Yahudi Ini Ternyata Biang Keladinya

Dia menjelaskan, perjanjiaan antara Kerajaan Amfoang dan Kerajaan Ambenu Oekusi Timor Leste pada tahun 1859, 1893, dan 1904 mengakui bahwa batas wilayah di antara kedua kerajaan itu ada di Kali Noebesi dan bukan di Nonomna.

Dia menjelaskan, perjanjiaan antara Kerajaan Amfoang dan Kerajaan Ambenu Oekusi Timor Leste pada tahun 1859, 1893, dan 1904 mengakui bahwa batas wilayah di antara kedua kerajaan itu ada di Kali Noebesi dan bukan di Nonomna.

Kerajaan Amfoang sendiri merupakan sebuah kerajaan di Pulau Timor bagian barat laut, yang sekarang wilayah Kupang, di mana penduduknya terdiri dari suku Atoni.

Ketika terjadi pertempuran Portugis dan belanda untuk memperebutkan hegemoni di Pulau Timor, sejumlah kerajaan di pulau tersebut secara bergantian bersekutu dengan kedua belah pihak dan juga dengan orang Topas.

Baca Juga: Gigih dan Pekerja Keras, Inilah Sifat dan Watak serta Jodoh Weton Minggu Pon

Kini, ada Raja Amfoang yang telah ditabalkan.

Pemegang jabatan tersebut saat ini adalah Robby GJ Manoh sejak tanggal 27 September 2001.

Ia merupakan putera ke-4 dari raja terakhir yang berkuasa, dan merupakan anggota dewan setempat.

Selain perbatasan Naktuka, Indonesia dan Timor Leste juga berbatasan di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka dengan daratan utama Timor Leste, serta perbatasan maritim di Laut Timor.

Baca Juga: Jangan Keburu Panik Jika Muncul Bercak Putih Putih di Wajah, Ini Penyebabnya dan Cara Mengatasinya!

(*)

Artikel Terkait