Kondisi ekonomi di Palestina sendiri hancur lebur, terutama setelah pandemi Covid-19 melanda hampir seluruh dunia.
Jumlah pekerja di Palestina mengalami penurunan dengan rincian, 17% di Jalur Gaza dan 5,5% di Tepi Barat.
Sebuah kondisi yang pada akhirnya malah membuat dua kelompok masyarakat di sana berada dalam kondisi dilematis sekaligus frustasi.
Kedua kelompok yang dimaksud adalah para pemuda yang sudah matang dan ingin menikah serta para orang tua anak perempuan.
Di satu sisi, para anak muda mati-matian berjuang untuk bisa memperoleh penghasilan yang bisa mereka gunakan untuk menikah.
Namun, di sisi lain, para orang tua anak perempuan malah mengambil sebuah kebijakan yang bisa membuat para pemuda ini frustasi setengah mati.
Simak saja kisah dari dua pemuda Palestina di Jalur Gaza berikut ini.
Hussein Qandeel, seorang pria Gaza berusia 39 tahun, memiliki mimpi sederhana: mendapat pekerjaan untuk kemudian menikah.