Find Us On Social Media :

'Ayah Saya Dibayar Perusahaan yang Menjual Senjata untuk Lawan Cucunya Sendiri di Tanah Papua', Kisah Seorang Wanita yang Ayahnya Bekerja di Perusahaan Senjata Terkaya di Dunia

By Khaerunisa, Kamis, 6 Mei 2021 | 19:20 WIB

Lober Wanggai dan Izzy Brown melakukan protes di luar kantor konsulat Indonesia.

Baca Juga: Bukan karena Murka Diberi Label Teroris, Ternyata Ini Alasan KKB Ancam Orang Jawa di Tanah Papua, Tragedi di Bumi Borneo Pemicunya

Sesampainya di Australia, mereka semuanya ditahan di Pulau Christmas sebelum diberikan suaka.

"Indonesia tersinggung dengan penerimaan Australia terhadap mereka dan menargetkan keluarga mereka," tulis Izzy."Ibu Lober ditangkap sebagai pembalasan. Teman dan anggota keluarga orang Papua di pengasingan ini telah ditangkap, disiksa dan dibunuh," katanya.

Izzy menggambarkan bagaimana kondisi para pengungsi Papua Barat yang berada dalam beban trauma.

Baca Juga: Melesat di Langit Timor Leste, Pilot Indonesia Ini Ternyata Nyaris Baku Tembak dengan Pesawat Tempur Australia, Begini Kisahnya

"Seperti kebanyakan pengungsi dari zona perang, 43 orang Papua Barat membawa beban trauma yang mencakup rasa bersalah yang selamat: mengapa saya aman ketika orang lain sekarat?," ungkap Izzy.

Menurut Izzy, dukungan militer Australia dan ekspor pertahanan ke Indonesia secara langsung berkontribusi pada penderitaan masyarakat di Papua Barat, dan menyebabkan penderitaan besar bagi orang Papua Barat.

"Setiap orang Papua Barat-Australia yang saya temui terluka oleh 'konflik intensitas rendah' yang berkecamuk atas akses ke sumber daya alam Papua sejak 1962," ujarnya.

Sementara itu, perusahaan senjata Thales punya tingkat ekspor dan jangkauan global yang tinggi.