Find Us On Social Media :

'Kami Tidak Bisa Hidup Tanpa Orang Timor', Ketika Timor Leste Jadi 'Medan Pertempuran' Pasukan Australia dan Jepang, Autralia yang Terpuruk Dibantu Warga Lokal hingga Berhasil Kelabui Jepang

By Tatik Ariyani, Rabu, 5 Mei 2021 | 09:40 WIB

Tentara Australia berinteraksi dengan orang Timor lokal di perbukitan di atas Dili pada tahun 1942

Intisari-Online.com - Saat Perang Dunia 2, pasukan Australia pernah ditolong oleh warga Timor Leste untuk melawan tentara Jepang.

2019 lalu, seorang veteran perang Jack Hanson yang berusia 98 tahun mengenang Perang Dunia II seolah-olah baru saja terjadi kemarin.

Jack Hanson tinggal di panti jompo di Hervey Bay.

Dia mengenang bagaimana ratusan tentara Australia melawan pasukan Jepang dalam pertempuran David dan Goliath di Timor.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste, Minta Tolong ke Indonesia untuk Meredam Perang Saudara, Tapi Malah Justru Memperkeruh Konflik hingga Korban Berjatuhan dari Kedua Pihak

"Mereka (Jepang) memiliki ribuan dan ribuan pasukan, tetapi yang tidak mereka miliki adalah keberanian berdarah dari orang-orang kami," katanya.

"Kami masuk sebagai Perusahaan Independen kecil dan kami keluar dari Timor sebagai komando."

Melansir ABC News, (10 Agustus 2019), Hanson diyakini sebagai tentara Australia terakhir yang masih hidup dari kompi independen Skuadron Komando 2/2.

Itu merupakan sebuah unit kecil yang terdiri dari sekitar 270 orang yang dikirim dalam misi rahasia ke Timor Portugis.

Baca Juga: Pernah Menyusup ke Penjara di Jakarta, Inilah Kirsty Sword Mantan Istri Xanana Gusmao yang Ternyata Merupakan Agen Mata-Mata Timor Leste, Kisah Cintanya Bermula dari Penjara

Tugas mereka adalah melindungi lapangan terbang.

Tetapi ketika musuh datang pada awal 1942, mereka terpaksa mundur ke perbukitan di atas Dili untuk menghindari penangkapan.

Hanson mengatakan mentalitas mereka adalah 'membunuh atau dibunuh'.

"Kami akan berbaring dan menunggu mereka datang ke lintasan, patroli Jepang tidak pernah di bawah seratus orang, tetapi kami akan mendapatkan empat atau lima orang dilibas dan sepuluh terluka dan diam-diam menyelinap pergi," katanya.

Dengan bantuan orang Timor lokal, pasukan Australia berhasil membingungkan musuh dalam perang gerilya yang akan berlangsung selama hampir 12 bulan.

"Orang Jepang salah paham, mereka mengira ada ribuan dan ribuan (pasukan) kami di atas sana," kata Hanson.

Selama berminggu-minggu mereka kehilangan kontak dengan Australia dan nasib mereka tidak diketahui, sampai seorang tentara membangun pemancar radio darurat.

Baca Juga: Indonesia Kecolongan Lagi! Kapal Asal India Ketahuan Bersandar di Riau, Kapten dan Seluruh ABK-nya Positf Covid-19, Langsung Bikin Satgas Riau Lakukan Hal Ini

"Orang Australia mengira kami tersapu, tetapi ketika mereka mendapat pesan yang mengatakan kami masih hidup dan masih bertempur, mereka tidak bisa mempercayai telinga mereka," katanya.

"Kami adalah satu-satunya unit di seluruh Asia yang terus berjuang dan tidak pernah menyerah."

Ketika tiba waktunya bagi tentara Australia untuk pulang, Hanson mengatakan pahitnya meninggalkan teman-teman Timor mereka, yang selama berbulan-bulan menjadi mata dan telinga mereka.

"Kami tidak bisa hidup tanpa orang Timor, karena mereka mendukung kami ketika kami benar-benar terpuruk, teman yang membutuhkan memang teman," katanya.

"Saya yakin Churchill berkata… 'segelintir orang Australia di Timor menghentikan (Jepang) di jalur mereka'.

"Kami memiliki 270 orang dan kami menghentikan sekitar 30.000."

Karl James dari Australian War Memorial mengatakan Perusahaan Independen membuat dampak yang besar dalam perang melawan Jepang sehingga pelatihan dan taktik mereka masih digunakan sampai sekarang.

Baca Juga: Padahal Negaranya Juga Kesusahan, Tapi Presidennya Tetap Bantu Negara Tetangganya Ini dari Kelaparan hingga Perang Saudara, Alasan di Baliknya Sungguh Mengharukan

"Ada hubungan yang sangat kuat akhir-akhir ini antara pasukan operasi khusus modern Australia dan pasukan komando Perang Dunia kedua," katanya.

"Perang Dunia kedua adalah salah satu momen penting dalam sejarah Australia, dan generasi yang hidup melalui perang itu, yang hidup melalui konflik sekarang dengan cepat meninggal.

"Dalam waktu yang sangat singkat, pria dan wanita itu tidak akan lagi dapat menceritakan kisah mereka secara langsung, dan jika kami tidak menceritakan kisah mereka sekarang dan mengajukan pertanyaan baru, maka kami tidak akan pernah melakukannya."