Find Us On Social Media :

Kabur dengan Pesawat Pribadi saat Negaranya Remuk Redam karena Covid-19, Orang Superkaya India Nyatanya Malah Paling Berdosa Bikin Virus Corona Makin Merajalela di Negeri Bollywood

By Tatik Ariyani, Jumat, 30 April 2021 | 15:07 WIB

Pasien Covid-19 di barak perawatan darurat karena membludaknya pasien infeksi Covid-19 di India.

Intisari-Online.com - Saat ini, India tengah mengalami krisis terparah akibat Covid-19 yang merajalela di negaranya.

Krisis tersebut membuat rumah sakit dan medis di India kuwalahan menangani pasien yang membludak setiap harinya, sehingga banyak pasien yang tidak mendapat ruangan dan terpaksa dirawat di luar rumah sakit.

Rumah sakit pun kekurangan tabung oksigen, sehingga keluarga pasien harus mencari persediaan sendiri.

Saking parahnya kasus Covid-19 di sana, tak sedikit warga India yang sampai melarikan diri ke negara lain.

Baca Juga: Covid-19 di India Makin Mengerikan, Warga Desa Malah Pilih Berobat dengan Cara Ini Daripada Rumah Sakit, Dapat Cap Besi Panas di Tubuh!

Menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (24/4/21), orang super kaya di India, sampai melarikan diri dari negaranya demi membebaskan diri dari Covid-19.

Daily Beast melaporkan delapan jet pribadi disiapkan untuk membawa keluarga super kaya di India.

Mereka ingin kabur dari negaranya yang tengah dalam kondisi yang carut-marut tak karuan.

Bahkan beberapa waktu lalu, sebuah pesawat sewaan dilaporkan masuk ke Indonesia, dan isinya ternyata adalah orang India.

Baca Juga: Pantas Covid-19 di India Jadi Semengerikan Ini, Rupanya India Sempat Angkuh dan Malah Berleha-leha Ketika Jumlah Kasus Menurun, Masalah Ini Mengalahkan Prinsip Kesehatan dan Akal Sehat

Orang-orang super kaya di India ini terungkap menuju London pada Jumat (23/4) dini hari.

Padahal di tanggal yang sama Jumat (23/4), Inggris menempatkan India pada peringkat merah, untuk pandemi Covid-19.

Hal itu membuat Inggris mengeluarkan peraturan bahwa semua warga negara India dilarang memasuki Inggris.

Sementara warga Inggris dari India yang ingin kembali ke negara asalnya harus tinggal di karantina selama 10 hari di hotel yang ditunjuk pemerintah.

Pesawat terakhir yang membawa keluarga super kaya India ke Inggris tercatat pada pukul 3.15 pagi, hanya 44 menit sebelum larangan masuk diberlakukan.

VistaJet Bombardier Global 6000 dengan cepat lepas landas dari Dubai pada 22 April dan mendarat di Mumbai untuk menjemput anggota keluarga, sebelum mendarat di London.

Jet pribadi pergi, meninggalkan pemandangan yang mengerikan selama wabah Covid-19 kedua di India.

Baca Juga: Warga Sukabumi Lumpuh dan Sulit Melihat Setelah Vaksinasi, Saat Sedang Disuntik Juga Alami Kejadian Tak Biasa, Akibat Vaksinasi atau Bukan?

Keluarga kalangan atas India memang bebas kabur ke mana pun mereka mau, namun mereka tak bisa lepas dari kenyataan bahwa mereka turut berkontribusi pada parahnya kasus Covid-19 di India.

Mahasiswa Indonesia yang tinggal di India bercerita salah satu fenomena unik yang mereka saksikan di mana warga dari kasta atas yang "merasa hebat dan boleh melanggar protokol kesehatan" di tengah lonjakan kasus yang mencapai ratusan ribu sehari.

Mereka juga bercerita di tengah lonjakan kasus harian Covid-19 di negara itu, warga masih ada yang "tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan".

Arif Sorayaman Hulu, mahasiswa Indonesia di Rajkot, Gujarat di India barat, mengatakan dirinya melihat "fenomena unik" di mana kelompok masyarakat dari kasta atas, dari kelompok kaya dan elite, "sepertinya boleh melanggar protokol kesehatan".

"Karena mereka merasa sudah hebat, berasal dari kelompok sosial yang tinggi, mereka merasa bisa melakukan apa saja," kata Arif yang mengambil jurusan hukum.

Sementara itu, Mohd Agoes Aufiya, mahasiswa Indonesia di Delhi, mengatakan "Ketika itu (awalnya) orang-orang pakai masker, pakai sarung tangan, pakai face shield dan menerapkan jaga jarak. Tapi dengan berjalannya waktu, mungkin karena merasa sudah menang (melawan pandemi virus corona), karena angka kasus memang sempat turun di bulan November, Desember, Januari, Februari, mungkin membuat kekhawatiran atau ketakutan warga tidak sebesar dulu," kata Agoes.

Perasaan seperti ini ia perkirakan menjadi penyebab masyarakat tak lagi patuh sepenuhnya melaksanakan protokol kesehatan.