Ngotot Inginkan Kemerdekaan Papua Sampai Sebut Tak Ada Solusi Lain Selain Referendum, Ternyata Benny Wenda Pernah Memelas Bantuan ke Austrasia dan PBB Untuk Hal Ini

Mentari DP

Penulis

Benny Wenda, pemimpin Organisasi Papua Merdeka.

Intisari-Online.com -Benny Wenda, pemimpin kemerdekaan Papua Barat dan Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat, pernah berbicara kepadadw.com pada tahun 2019 silam.

KataWenda saat itu,rakyat Papua tidak akan beristirahat sampai Indonesia memberikan mereka referendum.

Tetapi pihak berwenang telah mengesampingkan kemungkinanitu.

Baca Juga: Belum Kering Air Mata Usai Tragedi KRI Nanggala-402, Kini Indonesia Kembali Berduka, Kepala BIN Papua GugurDitembakKelompok Separatis Teroris Papua

Padahal rakyat Papua punya alasan mengapa merekamenuntut kemerdekaan.

Menurut Wenda, ada banyak masalah di Indonesia. Sepertikekerasan polisi, militer dan milisi.

Selain itu ada diskriminasisistemik berakar pada militer dan polisi Indonesia.

"Mereka menendang dan memukuli kami dan terus menyebut kami 'monyet' (monyet)," tambahnya.

"Ini mentalitas militer dan polisi. Orang lain meniru, tapi tidak ada yang pernah membicarakannya."

Seruan Wenda untuk referendum datang setelah peringatan 20 tahun pemungutan suara Timor Lorosa'e yang berhasil merdeka dari Indonesia.

Baca Juga: Dicap Saling Bermusuhan, Nyatanya Para Umat Muslim Bersatu untuk Selamatkan Orang Yahudi Selama PembantaianHolocaust, 'Tanpanya,Aku dan Ibuku Bisa Langsung Terbunuh'

Tidak merasa orang Indonesia

Papua Barat terletak di pulau New Guinea dan berbatasan dengan negara merdeka Papua Nugini.

Ini adalah satu-satunya wilayah Indonesia yang terletak di Oceania.

Wilayah kaya mineral ini juga menjadi tuan rumah salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia.

Hanya saja, wilayah ini telah menyaksikan kerusuhan sipil baru dalam dua minggu terakhir karena diskriminasi etnis dan ras.

Bekas koloni Belanda dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 setelah pemungutan suara yang disponsori PBB dianggap palsu oleh banyak orang.

Wenda menyebut pengambilalihan Papua Barat oleh Indonesia sebagai "pendudukan ilegal" dan mengatakan bahwa "tidak ada hubungan historis atau linguistik" antara keduanya.

Sejak itu, pemberontakan tingkat rendah dari gerakan separatis menyerukan penentuan nasib sendiri wilayah tersebut, yang semakin vokal dalam beberapa pekan terakhir.

Ketika ditanya tentang prospek Papua Barat merdeka di masa depan, Wenda mengaku tidak bisa naif bahwa Papua akan dijamin kisah suksesnya.

Namun, dia yakin bahwa situasi tidak bisa menjadi lebih buruk bagi orang Papua yang saat ini yang diperlakukan sebagai binatang dan warga negara kelas dua dan dipukuli secara teratur di bawah pemerintah pusat.

Baca Juga: Kapal Nuklir Negara Lain MulaiTinggalkan Laut China Selatan, MendadakMiliter China Kirim Kapal Paling Canggihnya ke Lokasi Sengketa Ini,Ditugaskan Langsung oleh Xi Jinping!

Minta bantuan Australia dan PBB

Di tahun 2019,Benny Wenda dilaporkan hadir dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada pekan ini di New York, Amerika Serikat (AS).

Ternyata di sana Wenda berusahamelobi agar komisioner HAM PBB bisa berkunjung ke Indonesia.

Tujuan dariKetua Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat itu adalah untukmelihat langsung kondisi yang ada di Papua.

"Pesan saya ke masyarakat internasional, kami sangat membutuhkan pasukan penjaga perdamaian PBB untuk masuk ke Papua," katanya.

Tak hanya ke PBB, Wenda juga meminta bantuan Australia.

Wendamendesak pemerintah Australia untuk mendukung intervensi internasional.

"Saya mendesak Pemerintah Australia agar bertindak cepat."

"Kita tidak ingin mengulangi sejarah yang sama dengan yang terjadi di Timor Timur," ucapnya.

Baca Juga: Baju Keselamatan Milik KRI Nanggala-402 Ditemukan Mengapung di Kedalaman 838 Meter,KSAL Konfirmasi 53 Prajurit Terbaik Telah Gugur, 'Mereka Mungkin Tak Sempat Memakainya'

Artikel Terkait