Walau Hampir Semua Orang Mulai Mengabaikan Covid-19, India Dilaporkan Alami Krisis Kesehatan Terparah Akibat Covid-19, Pemandangan Tempat Kremasi Ini Gambarkan Situasinya

Afif Khoirul M

Penulis

Petugas kesehatan melakukan kremasi pada jenazah.

Intisari-online.com - Hampir setahun setengah dunia berperang dengan krisis kesehatan akibat Covid-19.

Kini hampir seluruh penduduk dunia mulai mengabaikan pandemi yang pertama kali ditemukan di Wuhan itu.

Meski demikian, tampaknya pandemi Covid-19 ternyata masih menjadi momok yang cukup menakutkan.

Di India, sebagai salah satu pabrik vaksin Covid-19, dilaporkan jatuh ke dalam tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Puncak Konflik 4 Tahun Indonesia-Belanda, Ini Dampak Positif Hasil Konferensi Meja Bundar Bagi Indonesia

Semua berawal dari lautan orang pada acara politik di Benggala Barat, pada Sabtu (17/4/21), Narendra Modi mengatakan dia telah menyaksikan kerumunan besar.

Perdana Menteri India itu menjelaskan, dia belum pernah melihat kerumunan sebanyak itu sebelumnya.

Pada hari yang sama, India mencatat 234.000 kasus baru Covid-19 dan 1.341 kematian, dengan jumlah yang terus meningkat.

Lebih dari satu juta kasus baru telah dilaporkan hanya dalam satu minggu.

Baca Juga: Pantas Saja Jadi Kelompok Sparatis yang Sulit Dipadamkan, Ternyata Seginilah Gelontoran Dana yang Digunakan Untuk Membeli Senjata KKB Papua

Pada 22 April saja, India mencatat tambahan 314.835 kasus Covid-19 setelah 24 jam, rekor global tertinggi sejak awal epidemi.

Pada 23 April, rekor ini terus dipecahkan, ketika India melaporkan menambah 332.730 kasus baru, sehingga jumlah kasus menjadi lebih dari 16 juta kasus.

Jumlah kematian akibat Covid-19 juga meningkat 2.263, menjadi total 186.920.

Rumah sakit di seluruh negeri beroperasi dengan kapasitas penuh.

Jumlah kasus penyakit berat pada usia muda cenderung meningkat. Di Delhi, hingga 65% kasus berusia di bawah 40 tahun.

Para dokter garis depan ambruk ketika berbicara tentang pasien dengan Covid-19 yang meninggal tanpa pengobatan karena kekurangan tempat tidur atau kekurangan oksigen.

Sirene melengking berbunyi tanpa henti.

Di Rumah Sakit Lok Nayak fasilitas perawatan Covid-19 terbesar di New Delhi, pasien harus berbagi tempat tidur.

Baca Juga: Termasuk Hilangnya KRI Nanggala, Inilah 3 Insiden Kapal Selam Tenggeam yang Paling Terkenal di Dunia, Termasuk Kapal Selam Nuklir Milik Rusia Ini

Di luar, pasien menunggu tempat tidur untuk terengah-engah di atas tandu dan ambulans, kerabat yang berdiri di samping mereka menangis dan terisak-isak.

Beberapa orang pingsan di samping tangki oksigen yang dibeli sendiri karena putus asa.

Seseorang bahkan meninggal menunggu di tempat parkir rumah sakit.

Di Mumbai, Dr Jalil Parkar dari Rumah Sakit Lilavati mengatakan "seluruh sistem perawatan kesehatan telah runtuh dan para dokter kelelahan".

"Kurang tempat tidur, kekurangan oksigen, kekurangan obat-obatan, kekurangan vaksin, kekurangan alat tes," kata Parkar.

"Meskipun kami telah menyisihkan klinik lain untuk pasien Covid-19, kami masih belum memiliki tempat tidur yang cukup," katanya,

"Pasien harus berbaring di lorong, bahkan di ruang bawah tanah. Apa lagi yang bisa kita lakukan?" tambahnya,

Pihak berwenang berjuang untuk menemukan tempat tidur untuk orang yang dicintai.

Baca Juga: Bak Sengaja Bikin Ukraina Makin Ketakutan, Rusia Lakukan Latihan Perang dengan Kerahkan Pasukan dan Peralatan Perang Besar-besaran

Vijay Singh Kumar, pejabat Kementerian Perhubungan memposting Twitter dengan memohon:

"Tolong bantu kami, saudara saya membutuhkan tempat tidur untuk perawatan Covid-19. Tidak ada tempat tidur di Ghaziabad."

"Tak berdaya," tulis mantan Menteri Luar Negeri Nirupama Menon Rao di Twitter.

"India telah meneteskan air mata," paparnya.

Artikel Terkait