Penulis
Intisari-Online.com - Di tengah kekhawatiran Ukraina atas akan invasi Rusia setelah lebih dari 115.000 tentara berkumpul di dekat perbatasan, Krimea malah melakukan latihan perang.
Pesawat-pesawat tempur Rusia telah melakukan latihan serangan tingkat rendah terhadap pelayaran di lepas Krimea yang diduduki.
Hal itu meningkatkan ketakutan akan serangan amfibi di selatan Ukraina.
Pasukan terlihat mendarat di sebuah kapal amfibi di jajaran Opuk Krimea sebagai bagian dari latihan.
Melansir Daily Mirror, Kamis (22/4/2021), Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim latihan itu melibatkan lebih dari 60 kapal, sekitar 200 pesawat, sekitar 1.200 kendaraan militer, dan lebih dari 10.000 tentara.
Jet tempur memenuhi operasi udara yang melibatkan lebih dari 50 pesawat tempur, yang menurut pejabat Rusia berpusat di sekitar pesawat yang mendukung kapal perang yang menyerang kapal musuh.
Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan di bawah presiden Rusia Vladimir Putin, terbang dengan helikopter di atas Opuk untuk mengawasi manuver tersebut.
Mereka digambarkan sebagai yang terbesar sejak Rusia mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung pemberontak separatis di timur Ukraina.
Latihan itu terjadi di tengah kekhawatiran invasi setelah lebih dari 115.000 tentara Rusia berkumpul di dekat perbatasan Ukraina.
Lebih banyak pasukan diyakini telah tiba hari ini, karena latihan berlanjut sepanjang hari.
Shoigu mengatakan mereka akan ditarik pada 1 Mei.
Dia berkata: “Saya yakin tujuan dari inspeksi mendadak telah tercapai sepenuhnya.
"Pasukan telah menunjukkan kemampuan mereka untuk memberikan pertahanan yang kredibel bagi negara.”
Namun dia memperingatkan bahwa pasukannya akan siap merespon dengan cepat latihan militer NATO di wilayah tersebut.
Sementara peralatan radar masih bergulir menuju perbatasan melintasi Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba telah memperingatkan kehadiran perbatasan Rusia "diperkirakan akan mencapai kekuatan gabungan lebih dari 120.000 tentara" dalam beberapa hari.
Tetapi Moskow telah menolak kekhawatiran Ukraina dan Barat atas peningkatan itu, dengan mengatakan pihaknya bebas untuk mengerahkan pasukannya di mana saja di wilayah Rusia.
Kremlin juga memperingatkan Ukraina agar tidak mencoba menggunakan kekerasan untuk merebut kembali kendali pemberontak di timur.