Intisari-Online.com -Saat ini, India tengah kewalahan dengan lebih dari 200.000 kasus infeksi virus corona dan sekitar 1.300 kematian dilaporkan setiap harinya.
India sejauh ini telah memberikan lebih dari 127 juta dosis vaksin virus corona dalam upaya vaksinasi terbesar di dunia, seperti diwartakan BBC, Rabu (21/4/2021).
Lebih dari 109 juta orang telah menerima satu dosis, dan lebih dari 17 juta orang telah divaksinasi penuh setelah menerima dua dosis.
Tetapi para ahli mengatakan India tidak mungkin memenuhi targetnya untuk mencakup 250 juta orang pada Juli, terutama karena kasus terus meningkat.
Padahal, pada awal April lalu, India menyatakan bahwa negara itu adalah "negara tercepat di dunia" yang memberikan lebih dari 100 juta suntikan.
India mencapai prestasi (vaksinasi) dalam 85 hari, sedangkan AS membutuhkan 89 hari dan China 102 hari, kata kementerian kesehatan.
Namun, sejak itu India mengalami kekurangan vaksin dan hal itu mempengaruhi upaya pemberian vaksin di banyak negara bagian dengan penundaan dosis kedua.
Untuk itu, India menahan sementara semua ekspor AstraZeneca untuk memenuhi permintaan domestik tetapi pembuat vaksin, Serum Institute of India (SII) baru-baru ini mengatakan kapasitas produksinya "sangat tertekan" dan bahwa "masih kurang mampu memasok ke setiap orang India".
Seperti diberitakan Kompas.com, India adalah negara yang memiliki pabrik vaksin terbesar kedua di dunia, setelah China.
Embargo (pelarangan ekspor) vaksin Covid-19 yang dilakukan India dikhawatirkan akan memberi dampak besar dalam distribusi vaksin ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada April 2021 bahwa embargo vaksin AstraZeneca di India telah berdampak pada terganggunya suplai vaksin virus corona.
Epidemiolog dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman, angkat bicara menanggapi embargo vaksin India.
"Dengan embargo vaksin India, stok (vaksin Covid-19) nasional menjadi tidak terpenuhi suplainya. Namun, juga perlu diantisipasi dengan cara membuat contigency plan oleh masing-masing negara, termasuk Indonesia," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/3/2021).
Contigency plan atau kontigensi plan adalah perencanaan terkait tindakan alternatif yang bisa dilakukan, dalam hal ini alternatif pilihan vaksin Covid-19 jenis lain.
Di tengah lonjakan kasus Covid-19 di India, 127 warganya justru berbondong-bondong datang ke Indonesia.
Kabar itu disampaikan Kasubdit Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Benget, sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021).
Ia mengatakan, ratusan WN India tersebut datang menggunakan pesawat charter dari India dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
"Betul (WNA tiba dari India), mereka melalui Soekarno-Hatta, naik pesawat charter dari India," ujar Benget.
Benget menuturkan, para WNA tiba pada Rabu malam (21/4/2021) pukul 19.30 WIB dengan pesawat QZ9BB ex MMA.
"Dengan jumlah WNA dari India 127 orang," ungkapnya.
Kemenkes pun melakukan pengawasan pada seluruh WN India tersebut dengan mengkarantina mereka selama lima hari, melakukan pemeriksaan swab polymerase chain reaction (PCR) 2 kali yakni pada hari saat tiba di hotel dan di hari kelima.
Kemudian, 127 WN India itu juga tidak diperkenanankan keluar dari kamar hotel selama masa karantina.