Bukannya Menolak, Rupanya Inilah Alasan Bung Hatta Sempat 'Tidak' Memasukkan Papua ke Dalam Wilayah Indonesia Pada Awal Kemerdekaan Indonesia

Afif Khoirul M

Penulis

Akan tetapi setelah perang Papua pun menjadi wilayah Indonesia, dalam konteks untuk mengakhiri penjajahan Belanda di NKRI.

Intisari-online.com - Indonesia resmi merdeka pada tahun 1945, setelah Jepang menyerah pada sekutu.

Namun, kemerdekaan Indonesia itu tidak diakui oleh Belanda, dan sempat terjadi peperangan mempertahankan kemerdekaan oleh Indonesia dari Belanda.

Dalam pertempuran itulah, Papua menjadi bagian yang diperjuangkan, dan akhirnya berhasil direbut Indonesia.

Sebelumnya, papua dikenal dengan nama Irian Barat, sebuah wilayah paling Timur Indonesia.

Baca Juga: Buntut Konflik Indonesia-Belanda Soekarno Diasingkan ke Berbagai Daerah Terpencil, Tak Habis Akal Begini Cara Bung Karno Berkomunikasi dengan Para Gerilyawan

Namun, pada awal kemerdekaan Irian Barat, Halmahera, Morotai, dan Tarakan, tidak sepenuhnya dikuasai Jepang.

Menurut Jurnal Wawawa, melalui Medium.com, Hal itu membuat Hatta menolak memasukan Papua ke dalam wilayah Indonesia, pada sidang BPUPKI pada Mei-Juli 1945.

Akan tetapi setelah perang Papua pun menjadi wilayah Indonesia, dalam konteks untuk mengakhiri penjajahan Belanda di NKRI.

Namun, apa alasan Hatta yang awalnya enggan memasukkan Irian Barat kemudian justru memperjuangan Irian Barat menjadi wilayah Indonesia.

Baca Juga: Ketika Berlangsung Perundingan Roem-Royen 1949 Bung Karno dan Bung Hatta Justru Sedang Diasingkan ke Pulau Bangka, Inilah Tempat Pengasingan Sang Proklamator

Bahkan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949, Bung Hatta menegaskan, bahwa masalah Irian Barat adalah sesuatu yang harus diperjuangkan secara serius.

Menurut Council on Foreign Affairs, Bung Hatta menegaskan Irian Barat harus diperjuangan karena kita tahu wilayah itu dikuasi Belanda hingga 1962.

Baginya ternyata Irian Barat adalah tuntutan bangsa Indonesia, karena mengalami nasib yang sama sebagai bekas jajahan Belanda.

Menurutnya, pendudukan Belanda di Irian Barat adalah tindakan ilegal, jika mengacu pada perjanjian Linggarjati.

Dalam perjanjian itu disebutkan, bahwa wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah yang sebelumnya dikuasi Belanda atau Hindia Belanda.

Namun, menurutnya, Belanda mencoba memisahkan secara sepihak Irian Barat dalam perjanjiannya.

Baca Juga: Kisah Bung Hatta dan Sepatu Bally, Kisah tentang Kesederhanaan yang Menggetarkan Jiwa dan Sulit Ditiru para Petinggi Indonesia Manapun

Belanda memasukan wilayah Irian Barat secara konstitusinya, yang dianggap tidak memengaruhi klaim Indonesia berdasarkan perjanjian linggarjati.

Tindakan ini sewenang-wenang, Belanda ingin mengenang masa kolonial di Indonesia, dan mempertahankan wilayah ini sebagai bagian darinya.

Hingga akhirnya berdasarkan melalui konferensi meja bundar (KMB) pun tidak membuahkan hasil.

PBB yang turun sebagai mediator, dinilai belum bisa memberikan solusi mengenai Irian Barat, akhirnya terjadilan operasi Trikora.

Ini membuktikan komitmen Indonesia untuk menjadikan Irian Barat sebagai bagian dari wilayahnya.

Hingga akhirnya Belanda dipaksa mundur, setelah Indonesia berhasil merebut Irian Barat.

Baca Juga: Dampak Hasil Konferensi Meja Bundar: Penyelesaian Masalah Irian Barat yang Ditunda Hampir Membuat Indonesia Jadi Lautan Darah, Soekarno Siapkan Pasukan untuk Berperang Gempur Belanda

Akan tetapi, jika Irian Barat diklaim sebagai wilayah Indonesia, mengapa Papua Nugini tidak?

Rupanya, menurut Hatta, Papua Nugini tidak diklaim dan menjadi bagian Indonesia, karena tidak adanya hubungan sejarah yang sama.

Oleh sebab itu, Papua Nugini tidak pernah diklaim Indonesia, bahkan ini pun cukup mewakilkan alasan bung Hatta tidak memasukkan awalnya tidak memasukan Irian Barat ke wilayah Indonesia.

Ada kekhawatiran, jika wilayah Indonesia diperluas, bisa mencakup Kepulauan Solomon di Pasifik.

Artikel Terkait