Penulis
Intisari-online.com -Pada Januari lalu kapal China terdeteksi di perairan Indonesia.
Kapal itu mematikan sistem GPS mereka, seperti dikabarkan oleh Bakamla.
Juru bicara Bakamla Kolonel Wisnu Pramandita, mengatakan pihak berwenang mencurigai kapal itu melakukan aktivitas ilegal di Selat Sunda setelah sistem identifikasi otomatisnya (AIS) dimatikan 3 kali.
Kapal itu bernama Xiang Yang Hong 03, dan keluar dari zona ekonomi eksklusif Indonesia pada 13 Januari 2021.
Kini, dilaporkan pada 15 April 2021 lalu, ada satu kapal China yang terdeteksi di Selat Sunda.
Kapal tersebut adalah kapal penelitian Da Yang Hao.
Kapal ini terdeteksi radar TNI Angkatan Laut melintas di Selat Sunda pada 2 April 2021 sekitar pukul 11:23 WIB.
Selama melintas, seluruh aktivitas kapal ini diawasi secara ketat.
Kemudian sehari setelahnya pada 3 April 2021 kapal pelacak satelit/rudal Yuanwang-6 lewat di Selat Sunda.
TNI mengkonfirmasi kapal terdeteksi radar pada pukul 19:25 WIB.
Aktivitas kapal masih bisa diketahui dengan jelas melalui radar Komando Armada (Koarmada) I.
Melansir chinadialogueocean.net, kapal Da Yang Hao adalah salah satu kapal peneliti unggulan China.
Spesifikasi kapal ini antara lain termasuk golongan kapal survei umum dengan bobot 4656 ton, panjang 98.5 meter.
Kapal dibuat oleh perusahaan pembuat kapal CSSC Guangzhou Huangpu Shipbuilding.
Kapal dimiliki oleh Second Institute of Oceanography, Ministry of Natural Resources.
Kapal ini berlabuh di Zhoushan, provinsi Zhejiang.
Kapal ini sudah lama difungsikan sebagai kapal survei berbagai sumber daya laut dan melakukan penelitian multidisiplin di laut perairan yang dalam.
Kapal Da Yang Hao dianggap sebagai laboratorium yang mengapung.
Kapal memiliki lebih dari 50 peralatan survei dan pengamatan dan laboratorium seluas 400 meter persegi yang digunakan untuk mempelajari geologi bawah laut, ekologi bawah laut dan atmosfernya.
Pada Desember 2019, perjalanan pertamanya ke Atlantik menghasilkan studi seismologi selimut dasar laut.
Kapal juga bisa bekerja di perairan beku di Artik dan Antartika.
Kapal ini sedikit dari kapal China yang memiliki pisau propeler vertikal, yang lebih sunyi dan bisa bermanuver lebih dari propeler biasa, dan bisa mempelajari dalam laut sampai 4 meter dalamnya.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang diganggu hadirnya kapal China.
Dikutip dari Antara, Filipina mengajukan protes diplomatik baru ke China Rabu kemarin.
Hal ini datang setelah China dituding melakukan penangkapan ikan ilegal dan mengumpulkan lebih dari 240 kapal di perairan teritorial Filipina.
Dua protes telah diajukan, yaitu beberapa hari setelah Manila memanggil Duta Besar China Huang Xilian untuk mendesak penarikan kapal-kapal China di Whitsun Reef.
Filipina bulan lalu menggambarkan kehadiran lebih dari 200 kapal yang diyakini diawaki oleh milisi di dalam zona ekonomi eksklusif 322 kilometer telah "mengerumuni dan mengancam".
AS, Jepang, dan negara lain menyarakan keprihatinan tentang niat China.
Hal itu segera memicu teguran dari Beijing.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini