Rebut Paksa Jika Perlu, China Makin 'Nakal' Pancing Kemarahan Taiwan, AS Maju Beri Peringatan Ini

Khaerunisa

Penulis

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony J Blinken.

Intisari-Online.com - Konflik antara China dan Taiwan terus berlangsung, bahkan China makin agresif memancing kemarahan Taiwan.

Menanggapi tindakan China yang terus mengirimkan pesawat di sekitar wilayah pertahanannya, pejabat Taiwan mengatakan akan mengambil tindakan yang diperlukan jika China masuk ke zona terlarang, bahkan termasuk melepas tembakan.

Melansir Reuters(10/4/2021), Lee Chung-wei, yang mengepalai Dewan Urusan Kelautan di bawah pengawasan Coast Guard, mengatakan di parlemen bahwa mereka baru-baru ini melihat pesawat tak berawak China mengelilingi Pratas, meskipun mereka belum terbang di atas pulau-pulau itu.

"Mereka tidak pernah memasuki perairan dan wilayah udara kami yang dibatasi, mereka hanya terbang di sekitar mereka pada jarak tertentu," kata Lee.

Baca Juga: Kedoknya Nyaris Sempurna, Trik Busuk China Pelototi Seantero Laut China Selatan Selama 24 Jam Lewat Kapal Ini Terbongkar, Indonesia Sampai Dibikin Bak Penjahat di Laut Natuna

Ditanya bagaimana Penjaga Pantai akan bereaksi jika pesawat tak berawak China memasuki zona terlarang itu, Lee mengatakan mereka memiliki aturan keterlibatan.

“Setelah masuk akan ditangani sesuai aturan. Jika kami perlu melepaskan tembakan, kami melepaskan tembakan. "

Dalam beberapa bulan terakhir Taiwan telah mengeluhkan aktivitas angkatan udara China yang berulang di dekat pulau-pulau itu.

Selama ini China terus mengklaim bahwa Taiwan masih menjadi bagian wilayahnya dan akan mengambilnya secara paksa jika diperlukan. Di sisi lain, Taiwan tetap mengklaim kedaulatannya.

Baca Juga: Ukraina Hanya Bisa Pasrah Dibuatnya, Terkuak Inilah Senjata-Senjara Militer Rusia yang Sudah Disiapkan di Perbatasan, Benarkah Senjata Nuklir Juga Sudah Disiapkan Rusia?

Sementara itu, pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Joe Biden, Antony Blinken, mengungkapkan keprihatinannya atas tindakan agresif China terhadap Taiwan dan memperingatkan Negeri Panda itu.

"Apa yang telah kami lihat, dan apa yang menjadi perhatian nyata kami, adalah tindakan agresif yang semakin meningkat oleh pemerintah di Beijing yang ditujukan ke Taiwan, meningkatkan ketegangan di Selat," kata Blinken kepada Meet the Press NBC, dikutip The Guardian (11/4/2021).

Pada hari Jumat, Gedung Putih mengatakan akan terus mencermati peningkatan aktivitas militer China di Selat Taiwan, dan menyebut tindakan Beijing berpotensi meciptakan ketidakstabilan.

AS memiliki komitmen lama untuk memastikan bahwa Taiwan memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan mempertahankan perdamaian dan keamanan di Pasifik barat, kata Blinken.

Baca Juga: Situasi Laut Hitam Panas, Dua Kapal Perusak AS Ini Diusir Begitu Tiba di Sana Oleh 10 Kapal Perang Rusia, Begini Ceritanya

Ditanya apakah AS akan menanggapi secara militer tindakan China di Taiwan, Blinken menolak berkomentar tentang hipotesis.

Namun, memperingatkan bahwa akan menjadi 'kesalahan serius' bagi siapa pun yang mencoba mengubah status quo di Pasifik barat dengan paksa.

"Yang bisa saya katakan adalah kami memiliki komitmen serius agar Taiwan dapat mempertahankan diri," katanya.

“Kami memiliki komitmen serius untuk perdamaian dan keamanan di Pasifik barat. Kami mendukung komitmen tersebut. Dan dalam konteks itu, akan menjadi kesalahan serius bagi siapa pun untuk mencoba mengubah status quo itu dengan paksa."

Baca Juga: Kekhawatiran Perang Dunia III Tengah Meningkat, Robot Tentara Menanti Masa Depan Militer Dunia, Salah Satu Militer Paling Kaya di Dunia Ini Mulai Menguji Pasukan Robotnya

Selain memperingatkan China atas tindakannya terhadap Taiwan, AS juga mengkritik Beijing terkait transparansinya soal Covid-19.

China tidak memberikan akses ke pakar internasional atau berbagi informasi secara real time untuk memberikan transparansi yang sebenarnya, Blinken mengatakan kepada NBC.

Akibatnya, virus “lepas kendali lebih cepat dan, menurut saya, hasil yang jauh lebih mengerikan daripada yang seharusnya,” kata Blinken.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pada 30 Maret, data dirahasiakan dari penyelidik WHO yang melakukan perjalanan ke China untuk meneliti asal-usul pandemi.

Baca Juga: Sok-sokan Ikut Campur Konflik Rusia dan Ukraina, Terkuak Pesawat Mata-mata Amerika Sukses Diusir dari Area Sengketa Ini, Langsung Kocar-kacir!

Sebuah laporan WHO, yang ditulis bersama dengan para ilmuwan China, mengatakan virus itu mungkin ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain, dan kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin" sebagai penyebabnya. Tedros mengatakan masalah itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.

Peristiwa tersebut menyoroti mengapa perlu ada sistem keamanan kesehatan global yang lebih kuat untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi, kata Blinken.

Reformasi harus mencakup komitmen terhadap transparansi, berbagi informasi, dan akses bagi para ahli "dan China harus berperan di dalamnya".

"Kami perlu melakukan itu dengan tepat agar kami sepenuhnya memahami apa yang terjadi, untuk mendapatkan bidikan terbaik untuk mencegah hal itu terjadi lagi," katanya.

Baca Juga: Taiwan Tak Segan Tembak Pesawat China Jika Berulah Melewati Batas, Ini Perbandingan Kekuatan Militer China dan Taiwan

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait