Nantinya, begitu mereka dilengkapi dengan peralatan pengawasan baru mereka, Sansha 1 dan Sansha 2 akan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam menegaskan klaim China.
Menurut dokumen penawaran yang ditinjau oleh Radio Free Asia (RFA), saudara dari BeritaBenar, Sistem Pemantauan Optoelektronik Jarak Jauh DLS-16T dari Dali dimaksudkan agar kapal pemasok dapat “melakukan pencarian omnidirectional, observasi, pengawasan, dan pengumpulan bukti video terhadap target laut dan udara”.
Target udara yang dimaksud yaitu seperti kapal, orang di atas kapal, benda yang mengapung di laut, dan pesawat terbang dalam segala kondisi cuaca, 24 jam sehari.
Kota Sansha sedang mencari sistem pelacakan yang akan mengintegrasikan pencitraan cahaya tampak, pencitraan termal inframerah, pelacakan target otomatis, radar, penetrasi kabut, peningkatan gambar, sistem navigasi satelit yang dikelola AS, sistem setara China BeiDou, dan kemampuan lainnya, dokumen penawaran menunjukkan.
Sistem perangkat lunak untuk peralatan pelacakan akan digunakan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan melacak "kapal sensitif" dari pemerintah seperti Amerika Serikat, Jepang, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Taiwan, serta merekam dan menampilkan informasi tersebut secara real-time, kata dokumen itu.
Dokumen perusahaan dari Dali juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut bekerja sama dengan kontraktor pertahanan milik negara China dan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Dikatakan, bahwa Dali akan diwajibkan untuk menyelesaikan pekerjaannya untuk Sansha 1 dan Sansha 2 dalam waktu tiga bulan setelah penandatanganan kontraknya dengan Kota Sansha, kata dokumen penawaran itu.
Baru klaim wilayah Laut China Selatan sepihak, tapi China sudah perlakukan negara-negara lain bak penjahat yang mengusik wilayahnya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari