Find Us On Social Media :

Kelompok Bersenjata Myanmar Mulai Menuntut Balas Atas Tewasnya Ratusan Pengunjuk Rasa, 10 Polisi Myanmar Tewas dalam Serangan Tentara Etnis

By Tatik Ariyani, Minggu, 11 April 2021 | 10:43 WIB

(Ilustrasi) Tentara RCSS Myanmar

 

Intisari-Online.com - Kini sudah ratusan pengunjuk rasa yang tewas karena kerasnya militer Myanmar dalam menanggapinya, namun Jenderal Myanmar malah salahkan pengunjuk rasa.

"Ini bukan kudeta," kata Mayjen Zaw Min Tun dari aula ibu kota, Naypiywdaw, kota tempat para jenderal Myanmar menggulingkan pemerintah terpilih, seperti yang dilansir dari CNN pada Kamis (8/3/2021).

Dalam wawancara 1 jam dengan CNN, juru bicara junta militer itu bersikeras mempertahankan narasi bahwa para jenderal hanya "menjaga" negara ketika mereka menyelidiki pemilihan umum yang "curang".

Sementara, sedikitnya 600 orang tewas dibunuh di jalan-jalan Myanmar disebutnya adalah kesalahan dari pengunjuk rasa dalam "kerusuhan".

Baca Juga: Dengar Namanya Saja Sudah Bikin Bergidik, Negara-negara Ini akan Jadi 'Teman' Myanmar Jika Resmi Jadi Negara Gagal, Bahkan Label Negara Miskin Masih Terasa Lebih Baik

Dalam suatu pernyataan, Zaw Min Tun mengatakan, jika ayah pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Aung San, yang mendirikan militer modern negara, dapat melihat situasinya sekarang, dia akan berkata, "Kamu benar-benar bodoh, anak perempuanku."

Wawancara CNN ini berlangsung selama sepekan di kota terbesar Myanmar, Yangon dan Naypiydaw dari 31 Maret hingga 6 april, dengan pengawasan ketat militer. 

Ketika kekerasan meningkat, sekitar selusin kelompok bersenjata mengutuk pembuat kudeta sebagai tidak sah dan berjanji untuk mendukung para pengunjuk rasa.

Dan kini kelompok bersenjata itu tampaknya mulai memenuhi janjinya.

Baca Juga: 200.000 Orang Mengungsi dan 500 Tewas Akibat 'Keganasan' Junta Militer Myanmar, Kini Kelompok Etnik Bersenjata di Negeri Para Jenderal Itu Bersatu Lawan Militer