Find Us On Social Media :

Baru Saja China Usik Filipina, AS Sudah Kirim Kapal Induk dan Kapal Serbu Amfibi untuk Gelar Latihan di Laut China Selatan

By Tatik Ariyani, Jumat, 9 April 2021 | 17:54 WIB

THeodore Roosevelt

Intisari-Online.com - Jumat (9 April), kapal Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Makin Island Amphibious Ready Group dari Angkatan Laut AS bergabung di Laut China Selatan.

Keduanya bergabung untuk melakukan operasi bertajuk Expeditionary Strike Force.

Kapal perang dan pesawat tempur dari kedua kelompok penyerang tersebut mengoordinasikan operasi di perairan internasional.

Selain itu juga melakukan latihan integrasi multi-domain untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Baca Juga: Jika Mau Tegas, Ternyata Indonesia Mudah Saja Remukan Kapal-Kapal yang Nyelonong di Wilayah Natuna, Andaikan Sampai Hati Gunakan Senjata Ini

“Menggabungkan kemampuan kelompok serang kapal induk dengan Makin Island Amphibious Ready Group mempertajam keterampilan taktis kami dan menunjukkan dedikasi kami yang berkelanjutan terhadap keamanan dan kemakmuran Indo-Pasifik,” kata Laksamana Muda Doug Verissimo, Komandan Carrier Strike Group Nine, seperti dikutip dari laman Armada Ke-7 Angkatan Laut AS, Kamis (8/4).

"Tim gabungan Angkatan Laut dan Korps Marinir telah menjadi kekuatan yang menstabilkan di wilayah ini selama lebih dari satu abad, dan akan terus mendukung semua yang memiliki visi kolektif tentang perdamaian, stabilitas, dan kebebasan laut," imbuh dia.

Saat beroperasi bersama, Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Makin Island Amphibious Ready Group berpartisipasi dalam berbagai evolusi, termasuk manuver taktis, serta membangun komunikasi komando dan kontrol bersama.

Baca Juga: Punya Pangkalan Militer Baru dan Borong Delapan Kapal Canggih dari Jepang Ini untuk Halau China, Mari Intip Belanja Militer Jor-joran Indonesia untuk Mempertahankan Natuna, Capai 54 Triliun Rupiah

“Makin Island Amphibious Ready Group memulai Unit Ekspedisi Marinir ke-15, dan grup serang kapal induk adalah contoh kuat dari nilai yang dibawa pasukan ekspedisi Angkatan Laut kepada komandan kombatan dan mitra gabungan di wilayah tersebut,” ujar Kapten Stewart Bateshansky, Komodor Skuadron Amfibi 3.

"Kekuatan serangan ekspedisi ini sepenuhnya menunjukkan, bahwa kami mempertahankan kekuatan tempur yang bisa dipercaya, yang mampu menanggapi segala kemungkinan, mencegah agresi, dan memberikan keamanan dan stabilitas regional dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," sebutnya.

Kekuatan dua kelompok penyerang

Sebagai armada Angkatan Laut AS terbesar, Armada Ke-7 berinteraksi dengan 35 negara maritim lainnya untuk membangun kemitraan yang mendorong keamanan maritim, meningkatkan stabilitas, dan mencegah konflik.

Theodore Roosevelt Carrier Strike Group terdiri dari kapal induk USS Theodore Roosevelt, skuadron Carrier Air Wing 11, kapal penjelajah rudal kelas Ticonderoga USS Bunker Hill, Destroyer Squadron 23, dan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Russell.

Sementara Makin Island Amphibious Ready Group terdiri dari kapal serbu amfibi USS Makin Island, kapal dok pengangkut amfibi USS Somerset, dan kapal dok pengangkut amfibi USS San Diego.

Baca Juga: Jika Mau Tegas, Ternyata Indonesia Mudah Saja Remukan Kapal-Kapal yang Nyelonong di Wilayah Natuna, Andaikan Sampai Hati Gunakan Senjata Ini

Kemudian, ada detasemen Wildcard dari Helicopter Sea Combat Squadron 23, Scorpions dari Helicopter Maritime Strike Squadron 49, Tactical Air Control Squadron 11, serta Assault Craft Unit (ACU) 5.

Selain itu, di Makin Island Amphibious Ready Group ada Unit Ekspedisi Marinir ke-15, yang terdiri dari Elemen Komando, Elemen Tempur Penerbangan, Elemen Pertempuran Darat, dan Elemen Tempur Logistik.

Sementara itu, akhir-akhir ini ketegangan antara China dan Filipina meningkat.

Lebih dari 200 kapal China pertama kali terlihat pada 7 Maret di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer sebelah Barat Pulau Palawan di Laut China Selatan yang diperebutkan, meskipun banyak yang sejak itu tersebar di seluruh Kepulauan Spratly.

China, yang mengklaim hampir seluruh laut yang kaya sumber daya itu, telah menolak permintaan selama berminggu-minggu dari Filipina untuk menarik kapal-kapal tersebut, yang menurut Manila memasuki zona ekonomi eksklusifnya secara tidak sah.