Find Us On Social Media :

AS Akui Mengucurkan Dana dan Senjata kepada Mujahidin Afghanistan dengan Postingan CIA yang Membanggakan Peluncur Rudal FIM-92 Stinger di Tangan Gerilyawan Cikal Bakal Taliban

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 7 April 2021 | 14:08 WIB

Seorang tentara gerilyawan di Pegunungan Safed Koh 10 Februari 1988 di Afghanistan.

Perkembangan terbaru dari medan konflik Afghanistan, Taliban telah memperingatkan Washington agar menghormati perjanjian era Trump.

Mereka meminta Presiden Joe Biden menarik pasukan AS dan NATO keluar dari Afghanistan pada 1 Mei 2021, dan memperingatkan akan ada pembalasan jika kesepakatan itu dilanggar.

"Mereka harus pergi," kata Suhail Shaheen, seorang anggota tim perunding Taliban, kepada wartawan di Moskow pecan lalu.

Tetap bercokolnya pasukan AS dan koalisi setelah 1 Mei 2021, akan dianggap pelanggaran perjanjian dan akan ada reaksi.

Baca Juga: Tak Heran SAS Inggris Mampu Bunuh 5 Teroris ISIS Sekali Tembak, Ini Bukti Kehebatan Pasukan Khusus Terbaik Dunia Itu, Mampu Lumpuhkan Musuh Hanya dengan Palu

“Kami berharap ini tidak akan terjadi, mereka mundur dan kami fokus pada penyelesaian, penyelesaian damai masalah Afghanistan, untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan komprehensif di akhir pencapaian peta jalan politik (untuk) Afghanistan,” kata Suheil.

Penarikan pasukan secara luas dari Afghanistan telah dipertanyakan sejak Joe Biden menjabat.

Biden pekan ini mengatakan memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan Trump akan sulit.

Ia mengkritik kesepakatan yang tahun lalu itu.

"Faktanya itu bukan kesepakatan negosiasi yang sangat solid seperti yang dikerjakan presiden, mantan presiden," kata Biden.

“Jadi kami sedang berkonsultasi dengan sekutu kami, serta pemerintah (Afghanistan),” imbuhnya.

Kesepakatan yang dicapai pemerintahan Trump bergantung pada Taliban yang memasuki negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.

Baca Juga: Mengusir 30 Taliban: 400 Putaran Senjata, Luncurkan 17 Granat, Ledakkan Ranjau, dan Gunakan Tripodnya sebagai Senjata

Kesepakatan itu mencakup pencegahan serangan teroris yang direncanakan di wilayah tersebut terhadap pasukan AS dan sekutunya.

Shaheen, juru runding Taliban, menjelaskan pihaknya menginginkan pemerintahan Islam, meskipun dia tidak merinci apakah ini berarti menolak hak-hak kelompok tertentu, seperti perempuan.

Dia menegaskan, bagaimanapun, pemerintah saat ini tidak sesuai dengan agenda mereka. Saat ini ada 2.500 tentara AS di Afghanistan.

 

(*)