Penulis
Intisari-online.com -Baru-baru ini Australia mengecam Facebook, dan raksasa media sosial tersebut memblokir berita-berita lokal dari Australia selama 8 hari.
Awalnya, kejadian ini disebabkan Australia keberatan jika Facebook mendapatkan berita dari media lokal secara gratis.
Ketegangan ini menjadi sebuah penanda, jika ada kerentanan keamanan informasi di Pasifik.
Berita Australia di Facebook selama ini dipakai oleh sebagian besar pengguna internet di Pasifik, baik para warganet maupun industri berita.
Berita Australia yang ada di Facebook dipakai untuk mengisi kecocokan media lokal dengan berita yang terverifikasi yang didapat dari sumber lain.
Faktanya, Facebook sudah seperti internet itu sendiri.
Mengutip Lowy Institute, di Papua Nugini, Fiji, Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Pulau Cook serta tempat-tempat di Pasifik lainnya, Facebook menjadi media sosial paling sering dipakai.
Sementara bagi yang memiliki akses internet, Facebook menjadi 'pelabuhan' pertama mencari berita.
Baca Juga: Facebook Larang Foto Sapi, Alasannya Dianggap Terlalu Konyol Hingga Akhirnya Terpaksa Meminta Maaf
Keunggulan dominan ini dipegang Facebook dari hasil media sosial pertama yang menjual paket data Facebook lebih murah dari data internet biasa.
Praktik ini dimulai saat teknologi smartphone pertama kali ditawarkan, dan berlanjut sampai sekarang.
Contoh dari praktik ini adalah di Samoa, Vodafone mematok harga 11 Dollar Samoa untuk 7 GB data untuk 7 hari.
Namun untuk uang yang sama pengguna bisa membeli 8 GB Data, 4 GB untuk Facebook, dalam waktu yang sama.
Dominansi Facebook juga disebabkan akses teknologi menjalar ke komunitas Kepulauan Pasifik lebih lambat dari belahan dunia lainnya, termasuk Afrika dan Asia.
Contohnya, tahun 2009, smartphone populer di Korea Selatan, tapi orang-orang di Papua Nugini baru mendapatkan telepon genggam biasa.
Relatifitas kebaruan akses teknologi artinya kompetensi teknis masih berkembang.
Pengguna internet mungkin tahu bagaimana menggunakan Facebook dalam ponsel murah tapi tidak tahu bagaimana cara memasukkan nama sebuah situs ke kotak alamat di browser internet atau bagaimana mencari isu di dalam mesin pencari.
Hal ini membuat absennya berita Australia dari Facebook semakin mendatangkan konsekuensi besar.
Industri media Pasifik sangatlah beragam tapi kesulitan menyediakan informasi kualitas tinggi yang menarik perhatian publik.
Seperti yang juga dialami di belahan dunia lain, media Pasifik menghadapi ancaman tidak ada iklan, ancaman yang mulai muncul sejak pandemi Covid-19 mengancam media digital.
Tambahan lagi, media Pasifik menghadapi ancaman meningkat atas kebebasan media dan tekanan spesifik dari kepentingan besar oleh China yang menyediakan isi atau konten media, dukungan pengembangan dan bahkan iklan yang bisa menghidupi media lokal.
Baca Juga: Kominfo Minta Whatsapp Berikan Penjelasan Terkait Pembaruan Kebijakan Privasi Pengguna
Ketergantungan Pasifik atas media Australia di Facebook dapat dilihat dalam jumlah penikmat untuk sumber yang kredibel.
Awal-awal pandemi, setelah Australian Broadcasting Corporation (ABC) meningkatkan berita Covid-19 dalam bahasa Inggris dan Tok Pisin, laman Facebooknya mengalami peningkatan engagement sebesar 45%, mencapai impresi halaman sebesar 1.9 juta di April 2020.
The Pacific Newsroom, sebuah media agregator di Australia yang mengambil berita dari Australia dan wilayah sekitarnya, dikurasi oleh profesional, telah menarik lebih dari 22 ribu anggota sejak dimulai 3 tahun yang lalu dan menyediakan forum berharga untuk debat mengenai akurasi media.
Selama pemblokiran dari Facebook, ABC dan Pacific Newsroom termasuk laman Australia kelas atas yang terblokir.
Sementara beberapa informasi akurat tetap bisa diakses melalui grup Facebook via Pasifik (seperti Forum Fly River di Papua Nugini) dan media Pasifik, risiko misinformasi mulai menyebar.
Padahal di waktu Covid-19, informasi terverifikasi dan berita resmi penting bagi kesehatan orang-orang dan keamanan ekonomi.
Penyelesaian konflik Facebook dengan Australia juga belum menyelesaikan semuanya.
Di masa lalu, pemerintah Pasifik akan memilih memblokir Facebook atau mengancam melakukannya, seperti di Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Samoa.
Baca Juga: Bos Facebook Mark Zuckerberg Disindir Eminem Lewat Lagu Rap, Suaranya Dari Robot AI Canggih Ini
Sementara itu di Papua Barat, Indonesia, internet sendiri telah dimatikan.
Tentu saja, banyak penduduk Pasifik tidak punya akses ke internet dan bergantung pada sumber informasi lain seperti media cetak atau berita dari gereja.
Menurut GSMA, penggunaan internet begitu rendah dibandingkan standar dunia, hanya 18% dari seluruh populasi Pasifik.
Internet pun masih mahal di daerah itu, dibandingkan daerah lain.
Baca Juga: Facebook Messenger Disebut Tidak Aman dan Mengintip Data Pengguna
Tidak bisa dipungkiri, keamanan data tidaklah aman terutama di Pasifik.
Facebook sudah menguasai akses berita di Pasifik dan kini akan sulit menandinginya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini