Penulis
Intisari-online.com -Hubungan diplomatik Korea Utara (Korut) dan Malaysia memburuk sejak Jumat lalu.
Hal ini dimulai dengan Korut yang mengecam aksi Malaysia, membuat Malaysia berikan waktu 48 jam untuk diplomat Korut meninggalkan negeri jiran.
Hari Minggu kemarin, kantor kedutaan Korut kosong, tapi Malaysia tidak perlu khawatir mengenai kantor kedutaan mereka di Pyongyang karena sudah ditutup sejak 2017 lalu.
Hubungan kedua negara awalnya memburuk sejak Februari 2017 ketika terjadi pembunuhan Kim Jong Nam, kakak tiri dari pemimpin Korut Kim Jong-Un di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
Kini, masalah muncul karena ekstradisi Mun Chol-myong, warga Korut tinggal di Kuala Lumpur yang terlibat dalam pencucian uang dan pelanggaran sanksi AS dengan menyuplai barang mewah ke Korut melalui Malaysia dan Singapura.
Kasus ini sudah berjalan sejak 2019, saat Mun ditangkap di Kuala Lumpur.
Awal bulan ini, pada 3 Maret, pengadilan Malaysia menampik banding terakhirnya menantang permintaan ekstradisi AS.
Mengutip Lowy Institute, Malaysia mungkin sekutu terkuat Korut di Asia Tenggara.
Hubungan kedua negara dimulai sejak 1973, dan sebelum tahun 2017, kedua negara sangat dekat.
Rezim Korut berikan akses kepada pemegang visa Malaysia untuk akses ke kerajaan itu.
Malaysia menjadi satu dari tiga negara yang bisa menikmati status ini.
Tambahan lagi, diperkirakan ada 1000 warga Korut tinggal di Malaysia, bercampur dengan mudah dengan lebih dari 20 ribu warga Korsel yang tinggal di sana.
Komunitas Korea begitu besar di Kuala Lumpur sampai ada dua wilayah Korea di sana, yaitu di Ampang dan Mont Kiara.
Namun hubungan kedua negara bagaikan hubungan pacaran yang 'toxic' atau tidak sehat.
Sudah dilaporkan berulang kali jika Korut menggunakan Malaysia sebagai perantara operasi ekspor senjata ilegal, dan juga pencucian uang.
Pembunuhan Kim Jong Nam yang melibatkan taktik mengerikan untuk suntikkan racun syaraf ke wajahnya menjadi titik terang dari kecurigaan panjang tentang aktivitas mata-mata Korut di Malaysia.
Namun bagi para ahli putusnya hubungan dua negara tidak berpengaruh pada aktivitas penghindaran sanksi yang dilakukan oleh Korut maupun pencucian uang di Malaysia, yang ternyata sudah merajalela.
Mengutip The Malaysian Insight, Malaysia sudah lama disebut sebagai negara dengan "yuridiksi tingkat tinggi" untuk pencucian uang.
Tidak tanggung-tanggung, kasus 1MDB saja dilakukan oleh pemimpin Malaysia sendiri, Najib Razak.
Pencucian uang di Malaysia melibatkan berbagai bank, antara lain Maybank, CIMB, UOB, OCBC, HSBC, Alliance, Public, Ambank, dan Standard Charterd.
Tercatat ada lebih dari 2000 laporan aktivitas mencurigakan (SAR) yang ternyata dipilih bank-bank di Malaysia untuk disetujui.
Di Malaysia, Bank Negara Malaysia adalah otoritas resmi yang ditunjuk untuk mengatur pencucian uang di bawah UU Anti Pencucian Uang, Pendanaan Anti-Terorisme dan UU Hasil Kegiatan yang Melanggar Hukum.
UU tersebut mewajibkan lembaga untuk memantau dan melaporkan transaksi mencurigakan kepada BNM.
Penemuan oleh FinCen temukan jika David Cameron, Aisyhwaria Rai, Lionel Messi, anak Najib Razak dan anak Mahathir Mohammad ternyata menyimpan di akun luar negeri.
Tentu saja hal ini tidak ilegal, dan termasuk cara orang-orang kaya menjaga uang mereka, tapi pertanyaannya, mengapa Malaysia dipilih jadi negara tempat uang-uang itu disimpan?
Temuan baru yaitu pada sidang dengan kasus pencucian uang Ahmad Zahid Hamidi, terbukti jika 99 Ringgit Malaysia 'terbang' lewat Maybank, tapi tidak ada kecurigaan sama sekali, padahal di kasus 1MDB Najib Razak, ditunjukkan jika jutaan ringgit mampu lewati bank CIMB.
Terbukti, Malaysia sangatlah lengah dalam hal pemindahan uang dalam jumlah besar sampai tidak peduli sumber dari uang dan transaksi tersebut.
Tahun 2020 aturan sudah diperketat, BNM mulai membatasi nominal transaksi uang tunai yaitu 25 ribu RM, sebelumnya yaitu 50 ribu RM.
Namun banyak warga Malaysia yang justru merasa negaranya hanya formalitas saja dalam mencegah pencucian uang.
Dan kini, meskipun hubungan kedua negara sudah putus, banyak pakar menganggap mereka masih bisa tersambung kembali dan pencucian uang masih bisa dilakukan Korut dengan mudah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini