Find Us On Social Media :

Korea Utara Tak Bisa Berkilah Lagi, Rekaman Satelit Ini Bongkar Tindakan Ilegalnya Bikin Bahan Utama Senjata Nuklir, Mendadak Keluarkan Asap di Atasnya

By Mentari DP, Minggu, 14 Maret 2021 | 06:30 WIB

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un.

Intisari-Online.com - Beberapa negara kuat di dunia mulai beraksi terkait konflik Laut China Selatan.

Selain Amerika Serikat (AS) yang memang sudah mondar-mandir di wilayh itu, beberapa negara Eropa turut serta.

Ada Prancis yang sedang mencoba mencari sekutu. Ada juga Inggris yang telah mengirimkan kapal induknya.

Baca Juga: Congkak Karena Tak Takut dengan Negara Manapun, Pemimpin China Xi Jinping Disebut Salah Besar Karena Terlalu Menyepelekan Musuh hingga Dijuluki Ahli Strategi Terburuk

Lalu bagaimana dengan Korea Utara?

Sejak dulu, negara yang dipimpin oleh Kim Jong-Un ini selalu tertutup. 

Namun terkadang ada saja berita menghebohkan dari Korea Utara.

Termasuk kejadian yang baru-baru ini.

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (13/3/2021), Korea Utara dilaporkan mungkin sedang mencoba mengekstraksi plutonium untuk senjata nuklir di kompleks atom utamanya.

Baca Juga: Ramai Bicarakan Ghosting, Ternyata Efeknya Lebih Mengerikan daripada Putus Cinta, 'Saya Merasa Tidak Dihormati, Tidak Berarti, dan Dibuang'

Hal itu menurut analisis citra satelit terbaru.

Situs web AS 38 North, yang mengkhususkan diri dalam studi Korea Utara, melaporkan bahwa gambar dari 25 Februari dan 2 Maret 2021 mengungkapkan asap yang berasal dari pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara di kompleks nuklir Yongbyon.

Kejadian itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un bersumpah untuk memperluas persenjataan nuklirnya.

Tak heran gambar satelit itu seperti menunjukkan janji Kim Jong-Un benar-benar dia pegang.

"Persiapan untuk pemrosesan ulang bahan bakar bekas dapat dilakukan untuk mengekstraksi plutonium yang dibutuhkan untuk senjata nuklir Korea Utara," kata situs web itu.

Tetapi juga dicatat bahwa ini juga bisa berarti bahwa fasilitas sedang dipersiapkan untuk menangani limbah radioaktif.

Badan Energi Atom Internasional menulis pada bulan September bahwa kompleks Yongbyon, di utara ibu kota Pyongyang, kemungkinan telah ditutup sejak 2018.

Tapi Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional Rafael Mariano Grossi mengatakan bahwa beberapa fasilitas nuklir di Korea Utara terus beroperasi.

Apalagi dia melihat bagaimana pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap yang melayani laboratorium radiokimia di Yongbyon.

Di mana tempat itu plutonium diekstraksi dengan memproses ulang batang bahan bakar bekas yang dikeluarkan dari reaktor.

Baca Juga: Sok-sokan Bela Negara Asia Tenggara hingga Tantang China di Laut China Selatan, Jenderal Amerika Ini Malah Bocorkan Sendiri Kebobrokan Militernya, 'China Sangat Kuat'

“Kegiatan nuklir di Korea Utara akan  menjadi perhatian serius," kata kata Grossi.

"Sebab kelanjutan dari program nuklir Korea Utara jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB."

Diketahui, plutonium adalah salah satu dari dua bahan utama yang digunakan untuk membuat senjata nuklir bersama dengan uranium yang diperkaya tinggi.

Dan kompleks Yongbyon memiliki fasilitas untuk menghasilkan kedua bahan tersebut.

Tidak jelas berapa banyak plutonium atau uranium yang telah diproduksi di situs tersebut dan di mana Korea Utara menyimpannya.

Yang jelas beberapa negara telah meminta Korea Utara untuk menghentikannya.

Contoh, Amerika Serikat (AS) di bawah pimpinan Donald Trump pernah mencoba membujuk Korea Utara untuk meninggalkan program nuklirnya dengan imbalan keuntungan ekonomi dan politik.

Tapi itu telah menemui jalan buntu.

Baca Juga: Mampu Luluh Lantakkan Jakarta Dalam Sekejap Jika Diluncurkan dari Sorong, Inilah Tu-95МS, Pesawat Pembom Andalan Rusia yang Bawa 14 Rudal Jelajah Berhulu Ledak Nuklir