Sampai Harus Korbankan Rakyatnya Sendiri dengan Peluru Tajam, Ini Rupanya Penyebab Militer Myanmar Lakukan Kudeta; Diduga Demi Amankan Bisnis Mereka

K. Tatik Wardayati

Penulis

Jenderal Min Aung Hlaing pemimpin kudeta militer Myanmar ketahuan menarik dana negara Myanmar dari bank Federal New York

Intisari-Online.com – Militer Myanmar melakukan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi sejak awal Februari 2021 yang lalu.

Akibat ketidakinginan rakyat dipimpin oleh junta militer, mereka pun turun ke jalan-jalan melakukan demonstrasi.

Aparat keamanan pun turun ke jalan demi menangani para demonstran ini, sampai-sampai harus menggunakan peluru tajam yang pada akhirnya membawa korban jiwa.

Apa sebenarnya latar belakang militer Myanmar melakukan kudeta ini?

Baca Juga: Sudah Berlutut Sambil Memohon, Inilah Momen Terenyuh Detik-detik Sebelum Seorang Biarawati Ditembak Polisi Myanmar, Polisi Itu Juga Berlutut Sambil Bisikkan Hal Ini

Militer Myanmar ternyata memiliki pemasukan yang besar dan rahasia untuk menunjang operasi mereka.

Salah satunya yakni Pusat Skydiving Dalam Ruangan di Yangon, salah satu lokasi yang populer di Myanmar.

Tidak banyak yang tahu bahwa tempat yang menyajikan sensasi terjun dari pesawat itu merupakan salah satu kerajaan bisnis militer Myanmar, Tatmadaw.

Mengutip BBC, Tatmadaw mulai terlibat dalam bisnis setelah kudeta sosialis Ne Win pada 1962.

Baca Juga: Bak Disodorkan Mimpi Terburuk dari yang Terburuk, Etnis Rohingya di India akan Dideportasi ke Negara yang Justru Dikuasai para 'Pembantai' Mereka

Selama bertahun-tahun, militer harus mandiri dan didorong untuk mengembangkan saham di perusahaan lokal guna mendanai operasi mereka.

Dilansir Al Jazeera, militer membentuk kapitalisme kroni dengan jenderal senior dan perwira, sehingga mampu mengamankan akses ke banyak sektor ekonomi di Myanmar.

Di beberapa daerah, hanya perusahaan militer dan afiliasinya yang diizinkan beroperasi.

Proses tersebut mendapatkan momentum dengan penjualan aset tahun 2011, membuat para jenderal dan keluarga mereka bisa memanfaatkan pembukaan ekonomi untuk mengamankan aset di sektor bisnis Myanmar.

"Ini benar-benar elit dan kroni bisnis yang diuntungkan dari pencurian besar-besaran sumber daya negara ini," kata Anna Roberts, direktur eksekutif Burma Campaign UK.

"Prajurit tidak mendapat keuntungan dan jelas rakyat biasa menderita karena uang yang seharusnya dibelanjakan untuk kesehatan dan pendidikan disalurkan untuk membeli peralatan militer," tambahnya.

Meskipun praktik itu tidak berjalan lagi, dua organisasi bisnis yang didirikan militer pada 1990an masih beroperasi hingga sekarang.

Kedua organisasi tersebut, yakni Myanmar Economic Corporation (MEC) dan Myanmar Economic Holdings Limited (MEHL).

Organisasi itu menjadi sumber utama kekayaan Tatmadaw.

Baca Juga: Militer Myanmar Rekrut Mantan Intelijen Israel Kondang yang Pernah Tuduhkan Ini pada Reagan saat Pemilu AS 1980 Melawan Jimmy Carter, Ingin Dekati Amerika?

MEC dan MEHL memiliki saham di berbagai bidang mulai dari perbankan, pertambangan, pengolahan tembakau, dan pariwisata.

MEHL juga bertanggung jawab atas dana pensiun militer.

Beberapa pemimpin militer dan keluarganya juga memiliki bisnis yang besar, hingga menjadi sasaran sanksi.

Salah satunya putra pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing, Aung Pyae Sone.

Pyae Sone memiliki sejumlah perusahaan besar berupa resor pantai dan saham mayoritas di operator telekomunikasi.

Menurut para ahli, kudeta militer ini adalah cara untuk melindungi kepentingan bisnis Tatmadaw.

Laporan PBB pada 2019 menyimpulkan bahwa pendapatan bisnis meningkatkan kemampuan militer melakukan pelanggaran HAM dengan impunitas.

Laporan ini muncul di tengah tindak kekerasan militer Myanmar terhadap komunitas Rohingya.

Melalui jaringan bisnis dan afiliasi milik konglomerat, PBB mengatakan Tatmadaw mampu "melindungi dirinya dari akuntabilitas dan pengawasan".

Baca Juga: ‘Jika Luka Akibat Senjata Anti Huru Hara atau Peluru Tajam, Tak Mungkin Kepala dalam Kondisi Baik’ Junta Militer Bongkar Makam Gadis Myanmar yang Tewas Ditembak, Apa Hasilnya?

Rincian tentang struktur dan keuangan MEHL terungkap dalam dua laporan internal, satu diajukan oleh konglomerat pada Januari 2020, dan lainnya dibocorkan kelompok aktivis Justice for Burma dan Amnesty International.

Perusahaan besar dijalankan petinggi militer, termasuk beberapa petinggi kudeta yang saat ini menjabat.

Sekitar sepertiga dari semua pemegang saham adalah unit militer.

Sedangkan sisanya dimiliki oleh mantan personel Tatmadaw dan saat ini. (Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Baca Juga: Buntut Kudeta Militer di Myanmar, Amerika Menghukum dengan Cara Blokir Akses untuk Kementerian dan Bisnis Militer

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait