Situasi Myanmar Makin Panas, Pendukung Militer Myanmar Berbondong-bondong Turun ke Jalan, Serang Pengunjuk Rasa Anti-Kudeta

Tatik Ariyani

Editor

Jenderal Min Aung Hlaing, menjadi pemimpin tertinggi yang melakukan kudeta di Myanmar.
Jenderal Min Aung Hlaing, menjadi pemimpin tertinggi yang melakukan kudeta di Myanmar.

Intisari-Online.com - Protes anti-kudeta militer Myanmar masih terus berlangsung hingga kini.

Bahkan, kini kondisinya semakin mengkhawatirkan setelah pendukung militer Myanmar juga melakukan aksi unjuk rasa.

Pada Kamis, pendukung militer Myanmar menyerang anti-kudeta.

Baca Juga: Masih Banyak yang Belum Dipahami Mengenai Penyebab Kudeta Militer Myanmar, Mengapa Pahlawan Perang Justru Ingin Jadi Penjahat di Negara yang Akan Ia Pimpin?

Melansir Reuters, Kamis (25/2/2020), beberapa dari mereka bersenjatakan pisau dan pentungan, yang lainnya menembakkan ketapel dan melempar batu.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partainya.

Protes dan pemogokan telah berlangsung setiap hari selama sekitar tiga minggu, dan mahasiswa berencana untuk beraksi di Yangon pada hari Kamis.

Baca Juga: Kedubes RI di Myanmar Jadi Sasaran Amukan Pendemo, Ternyata Berita Inilah 'Biang Keroknya', Kemenlu Sudah Membantah

Tetapi sebelum massa anti-kudeta berkumpul, sekitar 1.000 pendukung militer muncul untuk unjuk rasa di pusat kota.

Di beberapa bagian kota, bentrokan segera meningkat menjadi kekerasan yang lebih serius.

Beberapa orang diserang dan dipukuli oleh sekelompok pria, beberapa bersenjata pisau, yang lainnya menembakkan ketapel dan melemparkan batu, kata saksi mata.

Setidaknya dua orang ditikam, rekaman video menunjukkan.

“Peristiwa hari ini menunjukkan siapa teroris itu. Mereka takut dengan tindakan rakyat untuk demokrasi,” kata aktivis Thin Zar Shun Lei Yi kepada Reuters.

Baca Juga: Salah Satu Pemilik Militer Paling Lemah di Dunia, Banyak Kudeta dan Konflik Internal, Ini 17 Fakta Republik Afrika Tengah!

"Kami akan melanjutkan protes damai kami melawan kediktatoran."

Kekerasan itu akan menambah kekhawatiran tentang kondisi Myanmar.

Sebelumnya, polisi memblokir gerbang kampus universitas utama Yangon, menghentikan ratusan siswa yang masuk untuk berdemonstrasi.

Karena risiko yang terlihat dari "kekerasan mematikan" yang terlihat sejak kudeta, Facebook melarang militer Myanmar menggunakan platform Facebook dan Instagram-nya.

Artikel Terkait