Find Us On Social Media :

Sosok Penting dalam Sejarah Timor Leste, Inilah Xanana Gusmao, Memimpin Pasukan Gerilya hingga Ditangkap Tentara Indonesia

By Khaerunisa, Selasa, 9 Maret 2021 | 16:50 WIB

(ilustrasi) Sosok Penting dalam Sejarah Timor Leste, Inilah Xanana Gusmao, Memimpin Pasukan Gerilya hingga Ditangkap Tentara Indonesia

Intisari-Online.com - Menjadi presiden pertama Timor Leste setelah merdeka, Xanana Gusmao merupakan sosok penting dalam sejarah Timor Leste berjuang mencapai kemerdekaannya.

 

Sosok Xanana Gusmao sendiri beberapa kali mendapat sorotan dari masyarakat Indonesia.

Seperti saat menjenguk mendiang Presiden BJ Habibie, dan menjenguk mendiang istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono.

Tak heran jika tokoh Timor Leste seperti Xanana Gusmao memiliki kedekatan dengan para tokoh Indonesia.

Baca Juga: Faktanya Disembunyikan Mati-matian, Inilah Balibo Five, Bagian Sejarah Timor Leste Ketika 5 Jurnalis Australia Tewas Misterius saat Meliput Invasi oleh Indonesia

Pasalnya, Indonesia dan Timor Leste memang memiliki sejarah bersama.

Timor Leste dulunya sempat menjadi bagian dari Indonesia, yaitu sebagai provinsi ke-27, sebelum kemudian melepaskan diri.

Tepatnya pada 30 Agustus 1999, Timor Leste lepas dari Indonesia melalui jejak pendapat atau referendum, dan berdiri menjadi negara sendiri.

Dalam perjalanan menuju referendum itu, ada peran Xanana Gusmao sebagai salah satu sosok pejuang Timor Leste, seperti apa sepak terjangnya dalam perjuangan tersebut?

Baca Juga: Kelasnya Bukan Penjahat Ecek-ecek Lagi, Geng Narkoba Meksiko Ternyata Peralatan Tempurnya Bak Pasukan Militer Saja, Punya Tank Hingga Kendaraan Lapis Baja, Pantas Polisi Angkat Tangan

 

Melansir Tribunnews, Xanana Gusmao menjadi gerilyawan yang berjuang agar Timor Leste merdeka.

Namun sebelum itu, di masa mudanya sosok ini merupakan seorang pemain sepak bola dan wartawan.

Kemudian saat Timor Leste melawan Indonesia, ia bergabung dengan para pejuang negaranya.

Timor Leste sendiri dinyatakan menjadi bagian negara Indonesia sebagai provinsi ke-27 pada tahun 1976.

Baca Juga: Ingat, Meski Menyehatkan dan Efektif Obati Demam Berdarah, Jangan Konsumsi Daun Pepaya Terlalu Banyak, Ini Alasannya!

Itu tidak berselang lama setelah Timor Leste mendeklarasikan kemerdekaan dari Portugis, bangsa yang menjajah 'Bumi Lorosae' sejak beratus tahun sebelumnya.

Kekosongan kekuasaan sempat diisi oleh partai pro kemerdekaan dari akar rumput, yakni Fretilin. Mereka mengambil peran semi-pemerintah.

Namun tindakan itu mendapat reaksi keras dari partai-partai lain yang memiliki misi masing-masing.

Pada waktu itu ada tiga partai di Timor Leste, yakni Fretilin, Uni Demokrat Timur (UDT), dan Associacao Popular Timorense (APODETI), dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Padahal Keberadaannya Hampir Nyaris Tidak Tersentuh Dunia Luar, Suku Primitif di Pedalaman Amazon Ini Terancam Musnah Gegara Covid-19, Infeksinya Berasal dari Hal Ini

Sementara itu Xanana Gusmao bergabung dengan Fretilin pada tahun 1974, kemudian menjadi pemimpinnya pada tahun 1978.

Tahun 1987, ia memutuskan keluar dari Fretilin dan membentuk Dewan Pertahanan Nasional rakyat Maubere (CNRM).

Langkah ini dilakukan guna merangkul semua pihak termasuk gereja demi menghindari kesan perjuangan kemerdekaan hanya dilakukan Fretilin.

Untuk mendapat pengakuan internasional, Xanana menyempurnakannya dengan mengubah CNRM menjadi CNRT (Dewan Pertahanan Nasional Rakyat Timor) tahun 1998 di Pinichi (Portugal).

Baca Juga: Meskipun Digadang Jadi Militer Terkuat Dunia Geser Amerika Serikat, Dunia Tidak Perlu Khawatir Beijing Picu Perang Selama 5 Tahun ke Depan

Sekitar 20 tahun Xanana Gusmao terlibat dalam perjuangan bersenjata di hutan dan pegunungan.

Xanana lalu memimpin pasukan gerilya hingga ditangkap tentara Indonesia pada 20 November 1992. Ia tertangkap di rumah seorang polisi lalu lintas bernama Augusto.

Xanana pun harus menjalani pemenjaraan politik selama tujuh tahun hingga kemudian dibebaskan pada 7 September 1999 oleh pemerintah Indonesia setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru.

Xanana dipenjara di Cipinang, Jakarta. Namanya agak tenggelam ketika UNTAET mengambil alih wewenang sementara di Timor Leste pada 26 Oktober 1999.

Namanya baru kembali mencuat menjelang pemilu presiden. Ia pun terpilih sebagai Presiden Pertama Timor Leste setelah merdeka pada 20 Mei 2002.

Baca Juga: Meskipun Digadang Jadi Militer Terkuat Dunia Geser Amerika Serikat, Dunia Tidak Perlu Khawatir Beijing Picu Perang Selama 5 Tahun ke Depan

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini