Setelah mengundurkan diri, pada tahun 1969 Shima memulai karir keduanya. Shima menjadi kepala Badan Pengembangan Antariksa Nasional, di mana ia mendorong pengembangan mesin hidrogen untuk menggerakkan roket.
Kemudian dia pensiun pada tahun 1977 dan dihormati oleh Pemerintah ketika Kaisar memberinya Order of Cultural Merit.
Pada 18 Maret 1998, Shima meninggal dunia karena stroke di sebuah rumah sakit di Tokyo dalam usianya yang ke-96 tahun, meninggalkan dua putra dan seorang putri.
Sementara kereta api supercepat Jepang kemudian dipandang sebagai agen perubahan budaya dan sosial, memungkinkan kaum muda di daerah pedesaan untuk mendapatkan akses cepat ke daerah perkotaan utama, dan sebagai cara yang menarik bagi wisatawan untuk melirik pedesaan.
Shinkansen pertama memiliki kecepatan maksimum 210 kilometer (130 mil) per jam. Kereta tercepat sebelumnya, di Eropa, bisa mencapai 160 kpj.
Sementara kereta peluru hari ini, di Jepang dan di tempat lain, telah mencapai dan dalam beberapa kasus melebihi 300 km / jam (186 mph).
Jepang yang hadir sebagai pelopor era kereta api supercepat dunia, kini harus rela menjadi negara di tempat kedua untuk kecepatan keretanya.
China kini menjadi pemimpin negara-negara di dunia dalam hal kecepatan kereta apinya. Kereta Shanghai Maglev miliknya berada di peringkat teratas kereta tercepat di dunia dengan kecepatan 267 mph.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini