Dari batang kangkung itulah Soekarno memasukkan surat untuk diberikan kepada gerilyawan Indonesia. Hingga, informasi sampai kepada TNI, kemudian diutus pasukan untuk menjemput Bung Karno di Parapat.
Meski pada akhirnya gerakan TNI ditahan oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir, dengan alasan mau dipindahkan ke Bangka, namun cara Bung Karno berkomunikasi dengan gerilyawan menjadi kisah unik tersendiri dari masa pengasingannya.
Rumah pengasingan parapat adalah tempat yang dibangun pada tahun 1820 oleh Belanda, yang saat itu digunakan sebagai villa bagi mandor kebun.
Rumah tersebut berukuran 10 x 20 meter dengan arsitektur bergaya Eropa tersebut berdiri kokoh di atas lahan seluas dua hektare.
Saat ini, oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara rumah tersebut dijadikan sebagai objek wisata sejarah, dan Mess Pemda bagi para pejabat Pemerintahan Sumut yang datang berkunjung ke Kota Parapat.
Dalam cacatan sejarah, Soekarno diasingkan ke lokasi tersebut pada 4 Januari 1949.
Tidak sendirian, Bung Karno diasingkan ke Parapat bersama dua rekan seperjuangannya, Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI) dan Haji Agus Salim.
Kini, rumah pengasingan atau pesanggarahan di Parapat itu juga sering dikunjungi mahasiswa dan akedemisi serta masyarkat yang ingin mengetahui sejarah terkait pengasingan Bungkarno di Parapat.