Amerika Sudah Tak Lagi Dipimpin Donald Trump, Korea Utara Kembali Berulah Pamerkan Kekuatan Nuklirnya, Timbulkan Kekhawatiran pada Pemerintahan Joe Biden

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Beberapa tahun terakhir, Korea Utara kewalahan menghadapi krisis, termasuk dampak dari sanksi internasional yang didapatkannya karena pengembangan senjata nuklir.

Di bawah pemerintahan Donald Trump, AS juga terus memberlakukan sanksi ekonomi untuk Korea Utara, juga bagi individu dan perusahaan yang menjalin usaha dengan negara pimpinan Kim Jong-un itu.

Bertahun-tahun Korea Utara di bawah pemberlakuan sanksi, kini para ahli justru memperingatkan tentang risiko 'ancaman bencana' dari Korea Utara untuk tahun ini.

Melansir Daily Star (14/2/2021), para ahli kebijakan luar negeri mengklaim keadaan darurat baru yang disebabkan oleh 'negara nakal' menjadi perhatian utama pada tahun 2021.

Baca Juga: Sama-sama Punya Masalah dengan Amerika, Ternyata Korea Utara Kembali Lagi Bentuk Aliansi Dengan Negara Timur Tengah Ini untuk Ciptakan Rudal Penjelajah

Mereka mengatakan risikonya sekarang bahkan lebih besar daripada empat tahun lalu ketika Donald Trump pertama menjadi Presiden AS.

Council on Foreign Relations (CFR) telah menjelaskan bahaya besar dari rezim Kim Jong-un dan kemampuan nuklirnya.

Survei prioritas pencegahan tahunannya memberi peringkat krisis yang berasal dari pengembangan senjata nuklir dan pengujian rudal balistik yang berkelanjutan sebagai "masalah konflik peringkat teratas untuk tahun 2021".

Dan itu berarti program nuklir Korea Utara sekarang menjadi ancaman yang lebih besar daripada serangan dunia maya terhadap infrastruktur penting AS, yang menjadi perhatian utama pada 2019 dan 2020.

Baca Juga: Makin Brutal, Muncul Kabar Militer Myanmar Kerahkan Para Preman untuk Bikin Kerusuhan, Rakyat Makin Panik

Dikatakan, Kim Jong-un cenderung menggunakan uji coba nuklir dan rudal untuk mengejek para pemimpin dunia baru.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran lebih banyak lagi yang mungkin terjadi sekarang setelah Joe Biden dilantik sebagai Presiden.

Bulan lalu, Jong-un menyatakan AS adalah "musuh utama utama" Korea Utara pada pertemuan Partai Pekerja Korea, lapor news.com.au.

Diktator Korut itu mengecam "kebijakan bermusuhan" Amerika terhadap Negara Pertapa.

Baca Juga: Lika-liku Kehidupan Bung Karno: Kecemburuan Siti Oetari, Kehadiran Inggit Garnasih, dan Perpisahan karena Perbedaan Garis Politik

Scott A Snyder, dari CFR, mengatakan, “Presiden Obama memperingatkan presiden terpilih Trump pada November 2016 bahwa ancaman keamanan internasional paling menjengkelkan yang akan dia hadapi akan berasal dari Korea Utara.

"Dua uji coba nuklir, segudang uji coba rudal jarak jauh, dan tiga KTT Trump- Kim kemudian, besarnya dan kemungkinan Korea Utara menjadi ancaman bencana bagi kepentingan nasional AS lebih besar daripada empat tahun lalu."

Saat memimpin AS, Trump mengembangkan 'bromance' dengan Jong-un dan menjadi Presiden AS pertama yang memasuki Korea Utara selama KTT pada 2019.

Tapi itu tidak mengubah ancaman yang ditimbulkan oleh negara paria itu, kata para ahli.

Baca Juga: Dirahasiakan Oleh CIA, Pesawat Mata-Mata Amerika Pernah Nyaris Dipermalukan Oleh Suku Afrika Ketika Diserang Hanya Dengan Lemparan Tombak

Justin Hastings, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Sydney, mengatakan setiap kali Korea Utara menguji senjata menyebabkan "potensi pecahnya perang".

Paul B Stares, direktur CFR's Center for Preventive Action, mengatakan, "Ada banyak potensi bentrokan internasional yang harus diperhatikan oleh pemerintahan Joe Biden yang akan datang,

"Terutama mengingat keinginannya untuk fokus dalam mengendalikan pandemi virus corona baru."

Sementara dianggap ancaman besar terkait kemampuan nuklirnya, Korea Utara masih menghadapi memburuknya perekonomian di tengah pendemi Covid-19.

Baca Juga: Ngerinya Joe Biden, Mantap Sebut Siap Perang Jika China Berani Rebut Hal Ini dari Amerika

Kim Jong-un melakukan segala cara agar ekonomi negaranya terselamatkan.

Reuters mengabarkan Partai Buruh, partai yang berkuasa di Korea Utara, menyelesaikan rapat pleno empat hari Kamis 11/2 kemarin.

Namun di rapat itu Kim Jong-Un marah besar.

Menurutnya kabinetnya kurang inovatif, tidak punya strategi dan tidak cerdas.

Baca Juga: Perang Dunia III Memang Belum Terjadi namun 'Time' Pernah Prediksi Seperti Inilah Skenario Bakal Terjadinya Perang Dunia III

Mereka dianggap kurang inovatif dalam menyusun tujuan untuk rencana ekonomi lima tahun yang baru sebagaimana diwartakan oleh media pemerintah, KCNA.

Dalam rapat tersebut, Kim juga memetakan visinya untuk urusan antar-Korea, hubungan dengan negara lain, peraturan partai, dan masalah personel.

Dengan ekonomi sebagai agenda utama, Kim meninjau rencana aksi untuk strategi lima tahun terbaru dalam rapat pleno tersebut.

Dia juga membahas mengenai sanksi internasional, penutupan perbatasan yang berkepanjangan, serta pengurangan bantuan luar di tengah pandemi virus corona.

Baca Juga: Kim Jong-Un Benar-benar Kecewa, Berharap Banyak dengan Kabinetnya untuk Ekonomi Korea Utara, yang Ada Malah Kurang Inovatif

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait