Find Us On Social Media :

Jadi yang Sering Tantang Amerika untuk Konfrontasi, Xi Jinping Menyebut Jika AS dan China Benar-benar Konfrontasi yang Ada Hanyalah Bencana Bagi Kedua Negara, Kontras dengan Tindakannya

By Maymunah Nasution, Kamis, 11 Februari 2021 | 15:31 WIB

Joe Biden dan Xi Jinping bertemu tahun 2011.

Intisari-online.com - Presiden China Xi Jinping mungkin menjadi tokoh pemimpin dunia yang paling kontradiktif.

Ia sudah biasa menyebut jika China dan AS memang tidak bersahabat.

Namun rupanya, menurutnya masalah kedua negara adalah kesalahpahaman saja.

Meski begitu, baginya konfrontasi antara China dan AS hanya akan menimbulkan masalah bagi kedua negara.

Baca Juga: Dikepung Kapal Nuklir dari Negara-Negara Barat, China Panik Sampai Minta Bantuan Negara Asia Tenggara Padahal Dulunya Bersengketa dengan China

Ia menilai kedua pihak perlu menemukan cara menghindari kesalahpahaman.

Sebuah narasi yang cukup mengherankan dari sosok yang siapkan pasukan negaranya untuk berlatih menghadapi pasukan AS.

Kemudian hari Kamis ini Xi berdialog pertama kalinya dengan Presiden AS Joe Biden.

Pembicaraan dilakukan melalui panggilan telepon.

Baca Juga: Xi Jinping Kian Percaya Diri, Pakar Peringatkan Konflik Militer Besar-besaran AS-China di Laut China Selatan Makin Tidak Terhindarkan, Pulau Ini Rupanya Penyebabnya

Ini merupakan obrolan pertama kedua pemimpin negara sejak Biden berkantor di Gedung Putih bulan Januari lalu.

Perbincangan kedua pemimpin ini dinilai akan membuka babak baru di tengah sibukanya perang dagang, kisruh di Hong Kong, sengketa Laut China Selatan dan Taiwan, hingga dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Dilansir dari Reuters, dalam obrolannya dengan Biden, Xi menegaskan bahwa kerja sama adalah satu-satunya pilihan yang bisa diambil demi mencapai keamanan dunia.

Ia juga menyebut kedua negara perlu mengelola perselisihan dengan cara yang konstruktif.

Baca Juga: Sementara Beijing Fokus Tingkatkan Kesiapan Militer, Latihan Perang Taiwan Meningkatkan Risiko Konflik AS-China

Dalam obrolan singkatnya, Xi berulang kali mendorong upaya dialog antara kedua negara untuk bisa lebih memahami kepentingan nasional satu sama lain dan menghindari kesalahpahaman.

Lebih lanjut, Xi secara pribadi meminta Biden untuk lebih berhati-hati dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan Taiwan, Hong Kong, dan Xinjiang, karena semua masalah tersebut berkaitan langsung dengan kedaulatan dan integritas teritorial China.

Namun ternyata China sendiri laksanakan serangan ke perairan teritorial Jepang.

Dalam pembicaraan melalui telepon, Blinken dan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi "menyatakan keprihatinan atas ketegasan China yang meningkat di sekitar Kepulauan Senkaku, menyusul pemberlakuan Undang-Undang Penjaga Pantai China yang baru," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, Rabu (10/2).

Baca Juga: Kepulauan Senkaku Jepang Diserang Dua Kapal China, Sudah Serangan Keempat Kalinya dalam Seminggu Ini Usai Nelayan Jepang Ketakutan Sebelumnya

"Menteri Blinken menegaskan kembali bahwa Senkaku termasuk dalam cakupan Pasal V Perjanjian Keamanan AS-Jepang," ujarnya, mengacu pada bagian yang menyatakan kedua negara untuk saling membela jika salah satu diserang, seperti dikutip Channel News Asia.

Tokyo telah menyuarakan kekhawatiran atas peningkatan serangan China setelah Beijing memberlakukan undang-undang yang mengizinkan penjaga pantainya untuk menggunakan senjata terhadap kapal asing yang dianggap memasuki perairannya secara ilegal.

Jepang mengelola kepulauan berbatu di Laut China Timur itu yang juga diklaim oleh China, yang menyebutnya Diaoyu, serta Taiwan.

Pernyataan Blinken datang ketika Presiden Joe Biden berjanji untuk menjaga garis keras pendahulunya Donald Trump di China yang sedang bangkit sementara juga memperhatikan sekutu AS.

Baca Juga: Salah Satu Wilayah Paling Disengketakan di Dunia, Ini Pemicu China Ingin Mengambil Alih Kepulauan Senkaku, Sengketa yang Sebabkan Kerusuhan Anti-Jepang Terbesar

Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, Blinken dan Motegi juga membahas kudeta militer pekan lalu di Myanmar, di mana Biden akan memberikan hukuman bagi para jenderal jika mereka tidak mengembalikan kekuasaan kepada pemimpin terpilih.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini