Xi Jinping Kian Percaya Diri, Pakar Peringatkan Konflik Militer Besar-besaran AS-China di Laut China Selatan Makin Tidak Terhindarkan, Pulau Ini Rupanya Penyebabnya

Maymunah Nasution

Penulis

Pulau Pratas, hanya berjarak 410 km dari Pulau Taiwan, hampir menjadi milik China

Intisari-online.com -Konflik dua negara adidaya AS dan China di Laut China Selatan kian tidak terhindarkan.

Analis terkemuka memperingatkan jika kedua negara sedang menuju konflik militer besar.

Keadaan ini akan menjadi kenyataan jika urusan Taiwan tidak segera diselesaikan.

Analis mengklaim faktor pendorong perang sedang meningkat di Laut China Selatan.

Baca Juga: Sementara Beijing Fokus Tingkatkan Kesiapan Militer, Latihan Perang Taiwan Meningkatkan Risiko Konflik AS-China

Melansir Express.co.uk, ketegangan antara kedua negara adidaya telah meningkat selama sebulan terakhir.

Pada bulan Januari, jet militer milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan serangan rudal simulasi terhadap kapal induk Amerika, USS Theodore Roosevelt, saat berpatroli di perairan dekat Taiwan.

Lebih lanjut, Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan tanpa kompromi pada Kamis lalu yang memperingatkan Taipei bahwa "kemerdekaan berarti perang".

Menulis di Financial Times, Diana Choyleva, kepala ekonom di Enodo Economics, mengatakan bahwa tim risetnya meyakini bahwa peluang untuk menghindari konflik di Taiwan telah turun secara dramatis.

Baca Juga: Tak Peduli Presidennya Donald Trump atau Joe Biden, China Dipastikan Akan Tetap Berperang dengan Amerika, Ahli Ini Bocorkan AlasanKuat Xi Jinping Gempur Habis-habisan

Dia berpendapat bahwa Presiden China Xi Jinping, yang semakin tegas dan percaya diri, melihatnya sebagai takdir untuk membawa Taiwan kembali ke pangkuan China.

Menjawab pertanyaan apakah AS dan China pada akhirnya akan berperang memperebutkan negara pulau itu, dia menulis: "Pejabat AS telah lama mengadopsi 'ambiguitas strategis' ketika ditanya apakah mereka akan datang untuk menyelamatkan Taiwan jika terjadi aksi militer China.

"Jika pemaksaan China diperpanjang hingga blokade ekonomi besar-besaran di Taiwan, Washington mungkin akan campur tangan."

Choyleva juga menjelaskan, selain taruhan ekonomi, jika disisihkan, AS bisa kehilangan status sebagai kekuatan utama Asia-Pasifik.

Baca Juga: Dapat Tugas Pertama dari Joe Biden,Tak Disangka Militer Amerika Mengakui Dirinya Punya Hak 'Nyelonong' di Wilayah Sengketa China, Vietnam, dan Taiwan, Hal Ini yang Jadi Pedomannya

Dia bilang, Pemerintahan Biden sejauh ini terjebak pada garis keras Donald Trump di China.

"Ini menanggapi serangan udara provokatif dengan menyerukan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan, dan menggambarkan hubungannya dengan Taipei sebagai 'sekuat batu'.

Biden juga melanggar preseden dengan mengundang perwakilan Taiwan dari Washington ke upacara pelantikannya," paparnya.

Namun, menurut Choyleva, meski disibukkan dengan masalah di dalam negeri, Biden ingin menghindari aksi provokasi terhadap Xi Jinping atas masalah tersebut.

Baca Juga: Meski China Diprediksi Kuat Jadi Negara Adidaya dan Saingan Amerika, Joe Biden Justru Tertarik untuk Membuka Hubungan dengan China, Ini Alasannya

Dia menjelaskan, ujian terpenting akan terjadi jika Biden memasukkan Taiwan ke dalam KTT demokrasi yang ditetapkan untuk tahun pertama kepresidenannya.

“Mengundang Taiwan akan membuat marah Beijing dan Xi Jinping akan berada di bawah tekanan untuk menanggapi.

"Atas dasar rasional, konfrontasi apa pun tidak akan diizinkan untuk meningkat.

"Tapi risiko yang terlibat bukan hanya soal perhitungan logis," urainya seperti yang dikutip Express.co.uk.

Baca Juga: Paksa China Singkirkan Ambisi Imperialis Jika Tak Ingin Terperangkap dalam Perang dengan AS, Inilah Jebakan Thucydides, Perangkap yang Menganga Tepat di Jalur China Menuju Puncak Dunia

Choyleva juga menambahkan, "Seperti yang diamati oleh sejarawan Yunani dan jenderal Thucidydes, pendorong perang adalah ketakutan, kehormatan, dan keuntungan - dan semuanya meningkat."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait