Find Us On Social Media :

Sama-sama Punya Masalah dengan Amerika, Ternyata Korea Utara Kembali Lagi Bentuk Aliansi Dengan Negara Timur Tengah Ini untuk Ciptakan Rudal Penjelajah

By Maymunah Nasution, Rabu, 10 Februari 2021 | 16:11 WIB

Rudal balistik terbaru Korea Utara yang jadi rudal terbesar di dunia

Intisari-online.com - Beri sanksi kepada Korea Utara dan Iran, rupanya PBB punya maksud agar kedua negara itu tidak mengembangkan lebih banyak lagi senjata nuklir di dunia.

Pengawasannya, meski begitu, masih cukup sulit dilakukan.

Sampai saat ini ada panel independen yang terdiri dari para ahli mengawasi pelaksanaan sanksi tersebut.

Selanjutnya, hasil penyelidikan panel tersebut menemukan jika ada kerjasama ganjil antara Iran dan Korea Utara dalam membangun rudal-rudal penjelajah.

Baca Juga: Tak Pernah Punya Masalah dengan China, Negara Eropa Ini Mendadak Kirimkan Kapal Selam Nuklir ke Laut China Selatan, Segawat Apa Situasinya?

Dikutip dari Hindustan Times, laporan yang didapat oleh panel independen itu menemukan jika "kerjasama yang dilanjutkan ini disebutkan telah memasukkan transfer bagian-bagian kritis, dengan pengiriman paling terbaru berkaitan dengan hubungan ini terlaksana pada 2020 kemarin."

Iran dan Korea Utara bekerjasama dalam pengembangan rudal jelajah tahun lalu, menurut laporan rahasia PBB.

Proyek itu disebutkan mungkin digunakan untuk menekan administrasi Biden untuk merespon salah satu krisis geopolitik besar saat ini.

Secara berkala dalam diplomasi internasional, Korea Utara dan Iran rupanya memiliki hubungan rahasia dan sama-sama menguntungkan.

Baca Juga: Saat Dunia Sedang Krisis Karena Covid-19, Korea Utara Malah Dapat Duit Rp4,4 Triliun Melalui Cara Kotor Ini, Uangnya Untuk Biaya Senjata Nuklir,

Panel PBB menerima informasi tunjukkan jika Pusat Penelitian Shahid Haj Ali Movahed Iran menerima "dukungan dan bantuan" dari spesialis rudal Korea Utara untuk kendaraan yang diluncurkan ke ruang angkasa.

Korea Utara juga dilaporkan terlibat dalam beberapa pengiriman ke Iran.

Masih belum jelas apa yang dikirimkan itu atau seberapa signifikannya kerjasama tersebut untuk kedua negara.

Namun kerjasama Iran dan Korea Utara yang diperbaharui akan tunjukkan kejatuhan dari tekanan yang diciptakan administrasi Trump kepada dua negara.

Baca Juga: Jika AS Terus-menerus Menekan Iran, Hal Itu Malah Makin Mendorong Iran Mengembangkan Senjata Nuklir dan Itu Bukan Salahnya

Selain itu hal ini akan menggagalkan niat administrasi Biden untuk mempercepat strateginya kepada dua negara yang dianggap AS sebagai negara pensponsor terorisme.

Merespon tuduhan tersebut, Iran mengatakan kepada anggota panel jika "ulasan awal informasi yang disediakan kepada kami oleh panel mengindikasikan jika informasi salah dan data yang dipalsukan bisa digunakan dalam investigasi dan analisis panel itu," menurut laporan tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengatakan administrasi AS sedang mengulas diplomasi mantan Presiden AS Donald Trump terhadap Korea Utara.

Ia juga mengatakan jika Iran harus kembali ikut dalam kesepakatan nuklir tahun 2015 yang sempat tidak diikuti oleh AS sebelum AS mengangkat sanksi terhadap Teheran.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan AS dan Sekutunya, China Bersama Rusia dan Iran Juga Gelar Latihan Gabungan, Akankah Dua Kubu Ini Berperang?

Rudal-rudal Kim Jong-Un

Kim Jong-Un sendiri dengan rezimnya telah mengeluarkan beberapa model baru rudal balistik beberapa bulan terakhir yang lebih besar lebih kuat atau lebih mudah untuk bergerak dan menembak.

Rudal jelajah besar ia pamerkan dalam parade militer di Pyongyang, yang tampaknya adalah rudal darat terbesar di dunia dan bisa membawa beberapa hulu ledak sekaligus.

Panel mengutip penilaian oleh negara anggota jika "sangat mungkin senjata nuklir dimasukkan dalam rudal jelajah tersebut, dan mungkin jika senjata nuklir bisa dimasukkan pada rudal yang lebih kecil.

Baca Juga: Nekatnya Korea Utara, Sudah Langgar Sanksi PBB dan Terus Kembangkan Program Nuklir, Dananya pun Hasil Curian di Dunia Maya

"Negara anggota, meski begitu, menyatakan tidak yakin apakah Korea Utara telah mengembangkan rudal balistik tahan panas saat diproduksi ulang," ujar panel itu lagi.

Panel juga mempelajari drone atau pesawat tanpa awak yang ditunjukkan Korea Utara selama parade Oktober, menyebut mereka sebagai tipe Mavic 2 Pro yang dibangun oleh perusahaan China SZ DJI Technology Co. Ltd.

Perusahaan itu sampai sekarang belum merespon permintaan berkomentar dari panel PBB itu.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini