Ironisnya, para elit pun tak asing lagi melakukan kekerasan fisik, meski mereka tetap harus menjaga martabatnya.
Mereka pernah dinasihati untuk tidak meninju pelayan mereka di mulut, bukan karena dapat menyebabkan rasa sakit, tetapi karena risiko yang ditimbulkan kepada pemiliknya.
Bila itu terjadi, Anda akan menghadapi kemarahan yang tidak rasional dan kehilangan kendali diri.
Maka yang harus dilakukan oleh seorang pemilik yang baik adalah menggunakan sebatang tongkat untuk memukul hamba yang bersalah dengan tenang dan terkendali.
Bahkan saat memukul pun, para elit harus mempertahankan martabat mereka.
Namun, ketika kaisar Maximinus Thrax menganiaya kaum elit karena kekayaan mereka (ia meminta uang mereka untuk membayar perang di utara), kaum kampungan memberikan sedikit simpatinya.
Secara pribadi, seorang kampungan dapat menikmati sedikit perlawanan terhadap elit di luar gosip, atau mendengarkan ocehan dari seorang Sinis (filsuf yang menolak norma sosial teradisional).
Namun, sebagai massa, para kampungan bisa membuat suara mereka didengar.