Penulis
Intisari-online.com -Penggemar film monster pastinya tahu mengenai tokoh Godzilla.
Monster itu telah merajai franchises film lebih dari 60 tahun.
Tentunya jika Anda menonton film Godzilla, Anda yakin monster itu hanya rekaan saja.
Namun siapa sangka, Godzilla adalah monster yang memang lahir dari peristiwa memilukan di Jepang.
Dilaporkan dari Business Insider, monster yang keluar dari dalam laut itu adalah monster yang terinspirasi oleh kecelakaan penangkapan tuna tragis yang menggentarkan Jepang.
Bagi warga Jepang, Godzilla adalah cara mengekspresikan ketakutan mereka atas radiasi dan dampak jangka panjang pengujian senjata nuklir.
Kejadian itu terjadi di Daigo Fukuryu Maru, atau Lucky Dragon No. 5.
Tempat itu adalah perahu penangkap tuna Jepang.
Pengambilan foto perahu itu terakhir kali dilakukan pada tahun 1954.
Singkatnya setelah foto itu diambil, perahu itu membawa 23 orang dan berlayar ke Pulau Marshall.
Namun yang terjadi di sana adalah bencana mengerikan yang menyebabkan Jepang mengalami gempa hebat dan kemudian menciptakan monster legendaris di sejarah perfilman.
Sejarah dunia berubah selamanya oleh pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Selanjutnya setelah menderita dengan korban jiwa sebanyak 220 ribu, Kekaisaran Jepang mengumumkan kekalahan mereka dan mengakhiri Perang Dunia II.
Pasukan AS segera berpindah untuk luncurkan Operation Blacklist.
Operation Blacklist adalah misi untuk melucuti militer Jepang dan mendemokrasikan Jepang.
Selanjutnya selama kependudukan beberapa tahun berikutnya, AS dengan ketat melarang liputan berita yang berkaitan dengan dampak bom atom.
Ini berarti peningkatan jumlah penyakit karena radiasi, keguguran, dan dampak panjangnya di wilayah sekitar dibungkam untuk membantu AS mempertahankan otoritas mereka.
Bahkan setelah kependudukan berakhir di tahun 1952, beberapa aktivis Jepang dan jurnalisnya mulai berurusan lebih langsung dengan efek bom atom, tapi tidak banyak memperoleh banyak daya tarik.
Semua itu tampaknya akan dilupakan sampai pada 22 Januari 1954, saat perahu kecil penangkap tuna Jepang, Lucky Dragon No. 5, berangkat dari pelabuhan Yaizu untuk menangkap ikan seperti biasa.
Dengan jumlah kru 23 orang, perahu berangkat memancing di Laut Midway, dekat dengan Atol Midway.
Namun setelah itu perahu itu mengubah jalurnya ke selatan menuju Kepulauan Marshall, hanya 80 mil di sebelah barat tujuannya ada Bikini Atoll, pulau yang terkenal dengan pengujian senjata nuklir AS termasuk Castle Bravo.
Castle Bravo adalah perangkat nuklir paling kuat yang pernah diledakkan oleh AS, dan dijadwalkan untuk pengujiannya pada 1 Maret 1954.
Tanggal 1 Maret 1954 juga merupakan hari ketika perahu Lucky Dragon No. 5 sampai di Kepulauan Marshall.
Pemerintah AS telah mendeklarasikan zona bahaya sejauh 57 ribu mil persegi yang dapat terdampak oleh pengujian itu.
Namun mereka tidak dapat memprediksi kekuatan Castle Bravo sesungguhnya.
Pengujian itu terbukti dua kali lebih kuat daripada prediksi awal, dan perubahan pola cuaca menerbangkan sisa nuklir jauh keluar zona bahaya, tempat Lucky Dragon No. 5 berlayar.
Dalam beberapa jam pengujian saja, kapal tertimbun oleh debu halus radioaktif, atau yang disebut para nelayan itu shi no hai, debu kematian.
Mereka segera kembali ke Yaizu, tapi semua sudah terlambat.
Semua kru jatuh sakit karena sindrom radiasi akut, dan cerita mereka dengan cepat menjadi sensasi, menyebabkan satu bangsa takut dan panik.
Kecelakaan perahu Lucky Dragon No. 5 menjadi momentum pergerakan antinuklir nasional.
Selanjutnya 8 bulan setelah kecelakaan itu, film "Gojira" yang digarap di tahun 1954 sebelumnya akhirnya disiarkan di bioskop dengan adegan pembuka yang sangat sesuai dengan apa yang dialami bangsa Jepang.
Film "Gojira" awalnya bukanlah film fantasi blockbuster melainkan film horor, terutama di mata warga Jepang yang telah menyaksikan kehancuran serupa.
Baca Juga: Layaknya Godzilla dan Kong, Inilah Daftar Megafauna yang Pernah Hidup di Bumi Indonesia
Godzilla adalah simbol senjata termonuklir dan juga korban, seperti keputusan direktorial oleh sutradara Ishiro Honda, yang menjelaskan "Aku mengambil karakteristik bom atom dan menggunakannya kepada Gojira."
Tekstur kulitnya dibuat serupa dengan luka keloid dari para penyintas pengeboman Hiroshima, dan senjata andalannya, pancaran panas atom, dihasilkan oleh energi nuklir di dalam makhluk itu dan dilepaskan melalui rahangnya untuk membawa kehancuran ke kota-kota Jepang.
Gojira melepaskan kebrutalan dengan cara yang tidak pernah direkam di bioskop sebelumnya: teguh, tidak masuk akal dan tidak pandang bulu.
Sebagian besar isi film tidak lebih dari reaksi orang-orang tidak berdaya saat menyaksikan kehancuran yang terjadi.
Sutradara Honda adalah mantan prajurit Perang Dunia II yang telah melihat kehancuran akibat bom atom di Hiroshima, ia kemudian menggunakan foto-foto nyata reruntuhan di Jepang pascaperang untuk hadirkan kesan realisme pada kehancuran yang terjadi.
Nyatanya, film Godzilla adalah sebuah alegori suram untuk kengerian yang hanya dialami sebagian besar manusia, hal ini jelas ditampakkan di akhir film ketika seorang ilmuwan tidak sengaja menemukan senjata yang lebih kuat dikenal sebagai penghancur oksigen yang bisa membunuh Godzilla.
Di film asli Godzilla Jepang, ilmuwan itu ragu-ragu menggunakan senjata itu, khawatir senjata itu digunakan untuk melawan manusia.
Sesungguhnya, pesan dari para penyintas bom atom Hiroshima yang disampaikan lewat Godzilla adalah senjata kuat seperti bom atom pada akhirnya akan menjadi korban dari senjata mematikan lainnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini