Find Us On Social Media :

Bikin Belanda Tak Berkutik! Inilah Aksi Pemboikotan Ratusan Kapal Belanda di Australia Tahun 1945, Bukti Dukungan Tetangga terhadap Kemerdekaan Indonesia

By Khaerunisa, Kamis, 21 Januari 2021 | 13:40 WIB

(ilustrasi) Bikin Belanda Tak Berkutik! Inilah Aksi Pemboikotan Ratusan Kapal Belanda di Australia Tahun 1945, Bukti Dukungan Tetangga terhadap Kemerdekaan Indonesia

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Pernah Merdeka 2 Kali! Sebelum Lepas dari Indonesia Ini Fakta Deklarasi Kemerdekaan Timor Timur atas Portugal

Peristiwa ‘Black Armada’ ini sendiri berawal ketika sejumlah buruh pelabuhan asal Indonesia di pemukiman Woolloomooloo, Sydney mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui warta berita pada siaran radio gelombang pendek, dilansir Tribunnews dari ABC News.

Keesokan harinya, salah seorang buruh di Kapal Belanda bernama Tukliwon yang berusia 20 tahun menyampaikan kabar kemerdekaan Indonesia dari Belanda itu pada rekan-rekannya sesama buruh pelabuhan di Australia yang berjanji akan memberikan dukungan.

Beberapa hari kemudian Tukliwon dan sejumlah rekannya sesama buruh di kapal ferry milik Belanda diminta untuk kembali berlayar menuju Jawa, Indonesia.

Namun keduanya menolak perintah tersebut demi mendukung kemerdekaan tanah air mereka.

Baca Juga: Kandungannya Baik untuk Tubuh, Ini Manfaat Memijat Kaki dengan Minyak WIjen

Aksi mereka ini langsung memicu dukungan dari serikat pekerja pelabuhan Australia yang langsung memerintahkan anggotanya untuk mengembargo seluruh kapal yang membawa amunisi dan material lain yang akan digunakan untuk menyerang Pemerintah Indonesia.

Pada 24 September 1945, terjadilah boikot besar-besaran terhadap kapal- kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane dan Sydney, sebelum akhirnya menyebar ke Melbourne dan Fremantle.

Aksi boikot tersebut dengan cepat juga mendapat dukungan dari asosiasi pekerja pelabuhan yang lain mulai dari tukang masak, teknisi mesin, tukang cat kapal, tukang kayu, dan lain-lain.

Akibat aksi ini lebih dari 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Indonesia, karena tidak ada pekerja pelabuhan yang membantu memasukan barang ke geladak, menyiapkan bahan bakar dan lain-lain.